Padahal, produksi sawit Indonesia nomor satu di dunia. Hasilnyapun jutaan dollar AS per tahun. Ada 22 juta ton sawit yang dihasilkan oleh Indonesia dalam setahun. Katakanlah, supaya gampang menghitungnya, ada 20 juta ton. Dari 20 juta ton dikalikan dengan harga sekarang Rp. 7 juta per ton pada tahun 2010, jadi hasilnya Rp. 140 triliun, ditambah minyak kernel sudah menjadi Rp. 160 triliun. Katakanlah saja ada Rp. 150 triliun. Seper seribunya itu sama dengan Rp. 150 milliar. Apa mungkin menarik dana Rp. 1 per seribu dari situ? Kalau tidak mungkin pasti ada yang salah dengan sistem yang kita jalankan. Tentu saja berpendapat DMSI tidak harus sama dengan Malaysia, tetapi paling tidak ada itikad untuk membebani industri sawit ini.
Saya berharap ada perubahan menjelang habisnya masa kepengurusan saya. Ada regenerasi. Ada banyak masalah di DMSI. Semisal kami masih terbentur pada masalah-masalah legal. Mau buka rekening dibank harus ada NPWP, untuk minta NPWP harus ada akta yang disahkan. Semua itu belum kita miliki. Kinerjapun menjadi terganggu. Tapi, perjuangan memang harus diteruskan. Tak pernah padam oleh persoalan-persoalan yang sebetulnya bisa diselesaikan secara cepat. Tentu dengan harapan bahwa DMSI semakin solid di masa yang akan datang.
MENITI KARIER DI SOCFINDO
Saya masuk bekerja di Socfindo pada ataun 1967, hanya empat bulan setelah saya lulus dari IPB. Tentu tidak langsung masuk, ada saat-saat saya mencari-cari pekerjaan yang saya rasa cocok buat saya, terlebih dengan latar belakang pendidikan kimai teknik. Saya memutuskan untuk pulang ke Medan setelah lulus kuliah tanpa mengikuti wisuda mengingat kondisi ekonomi orang tua yang tidak sebaik lagi di masa-masa awal saya kuliah. Juga dengan pertimbangan melihat kondisi ibu yang masih terpukul atas meningalnya Abang Kasim.
Sumber : Derom Bangun