Demi keperluan moderenisasi pabrik pula saya pergi mengunjungi Freemante, Perth, Australia untuk memenuhi undangan pabrik ketel uap. Ketel uap yang mereka produksi terhitung jenis baru pada zamannya. Jika sebelumnya ketel uap yang akan di pasang di pabrik harus dibongkar dan ditarik di lokasi, seperti yang kami lakukan tahun 1971 di Aek Loba, maka ketel uap produk bermerk Vickers Hoskin itu sudah siap pakai dari pabrik. Kali pertama saya mengetahui ketel uap ini ketika mengunjungi pabrik di perkebunan milik United Plantation di Ulu Bernam, Malaysia. Ketel uap itu pula yang saya coba saya terapkan di pabrik Bangun Bandar dan Lae Butar, di Aceh Selatan. Posisi pabrik yang terletak di pedalaman menimbulkan persoalan tersendiri tentang bagaimana alat ketel itu dibawa.
Setelah survey dan dua kali mengupayakan pengiriman ketel uap dengan mengunakan Landing Craft gagal, ketel kembali teronggok di pelabuhan belawan. Kepada PT. Samudera Indonesia cabang Medan Boediono mengusulkan agar ketel dibawa dengan tongkang saja. Tak kurang sampai Mr. W. Dell pun turut meninjau tongkang yang akan digunakan. Ia sempat bertanya apakah mungkin tongkang itu bisa mengangkut ketel. Saya bilang, “but difficult It is not impossible”. Kemudian Mr. W. Dell bertanya apa saja yang saya butuhkan. Saya bilang “kita perlu dua dongkrak berkekuatan 50 ton”. Perusahaan pun memesannya dari Singapura.
Ketel pun berhasil dibawa kelokasi dengan menggunakan tongkang. Setibanya ditempat, kendala menurunkan ketel dari tongkang, seperti yang sudah saya perhitungkan sebelumnya, mulai kami pecahkan. Penduduk desa di mana kapal akan bersandar pun terhenyak melihat tongkang besar masuk ke desa mereka. Tentu kami harus meyakinkan mereka bahwa pekerjaan ini takkan menimbulkan masalah. Untuk itu saya minta salah seorang relasi perusahaan, Mansudin Kamsah yang bisa berbahasa setempat untuk berkomunikasi dengan mereka.
Sumber : Derom Bangun