Begitulah kebun sawit itu mulai bangkit setelah mendapatkan dana pinjaman bank. Kemudian, pada tahun 1983, saya mengajukan kredit lagi yang lebih besar. Waktu itu nilai tukar 1 dollar AS adalah Rp. 600. Bunga atas pinjaman itu sebesar 12 persen setahun. Kredit tersebut benar-benar saya gunakan untuk perkebunan. Jadwal pembayaran tidak pernah satu hari pun terlambat sehingga saya mendapat repulasi baik dari Bank Exim.
Belakangan Kinar Lapiga mengajukan kredit untuk mendirikan pabrik pengelolaan kelapa sawit. Itu pun kami kembalikan tepat waktu, sampai lunas. Kemudian kami buka kebun yang kedua, PT. Tara Bintang Nusa, tak lagi mengunakan dana dari bank karena dana yang kami miliki sudah mencukupi. Ikut juga beberapa teman. R. Sutikno, Wilihar Tamba, dan Cornelis Sorongan ikut memasukan dana. Namun, ketika kegitan di lapangan mengalami hambatan, Sutikno dan Wilihar Tamba mengundurkan diri.
Kami sudah punya uang dan berniat mengunakan dana sendiri. Tapi pemilik Bank Kesawan, yang juga kenalan saya, berseloroh kenapa mengunakan uang sendiri. “Pakailah uang disini. Uang Bapak simpan di deposito saja”, kata dia. Atas tawaran itu, saya pun mengambil kredit dari Bank Kesawan untuk membuka kebun PT. Tara Bintang Nusa seluas 360 hektar.
Sumber : Derom Bangun