Selain menjalankan usaha konsultan, adakalanya saya diminta oleh rekan-rekan untuk menjadi mediator atau penengah dalam konflik-konflik yang mereka hadapi. Pada saat krisis moneter terjadi di tahun 1997-1998, saya diminta mengerjakan pabrik PT. Flora Chemindo, yaitu industri hilir pengolahan sawit di Medan. Perusahaan itu sudah memesan barang-barang dari Jerman dan Erpoa. Sebetulnya perusahaan tersebut sudah punya konsultan untuk pembangunan di lapangan. Entah bagaimana hasil kerja konsultan itu, sehingga ketika pemilik pabrik menawarkan pekerjaan kepada pemborong, para pemborong tersebut menolaknya. Saya kira ada yang tidak beres pada desain pabrik itu. Dan ternyata memang demikian kenyataannya: Para pemborong meragukan kualitas dan tingkat presisi rancangan desainnya.
Akhirnya, Irfan Mutyara yang sekarang menjadi Ketua Kadin Sumatera Utara datang kepada saya datang meminta bantuan. Saya rundingkan dengan Sinulingga. Kami pun periksa dulu kondisi di lapangan dan rundingkan fee karena ini proyek besar dan banyak hal yang rumit. Mahalnya biaya terjadi karena mengejar waktu. Barangnya sudah hampir selesai di Eropa, mau diberangkatkan, tetapi dilapangan belum ada persiapan. Lokasi bakal pabrik masih rawa-rawa. Untuk menuntaskan pesanan itu, saya harus mempekarjakan banyak tenaga ahli paruh waktu. Belum lagi kondisi tanahnya meski di periksa ulang. Saya pun minta bayaran yang agak tinggi.
Pabrik itu berkapasitas 180 ton per hari minyak sawit. Di pabrik tersebut akan dibangun satu menara yang tinggi buatan Eropa. Barang ini mungkin di pesan dari Hongaria atau Prancis. Dalam gambar menara ini tingginya kira-kira 38 meter, tanpa penyokong apa-apa merupai kilang minyak bumi yang banyak terdapat di Palembang. Di menara itulah pengolahan minyak sawit diproses.
Sumber : Derom Bangun