Ada sekitar 40 persen peserta. Beberapa kawasan kuliah itu antara lain Ernesto Frans Josa dan Manuel Garcia dari Venezuela, Harun Din dari Malaysia, Alimin Wahab dari Brunei, Lou Hok Liem dari Singapura, Karim Dawood dari Kenya, Tatsushi Oka, Hiyoshi Ichikara, Yosi Churu, dan Mishino dari Jepang. Dari sekian banyak kawan sekelas, Harun Din, Tatsushi Oka, dan Hiyoshi Ichikara-lah yang jadi kawan dekat saya selama pendidikan berlangsung.
Tak ringan memuntut ilmu di MIT. Kami belajar siang-malam tanpa henti. Kuliah dimulai pukul delapan pagi dan berakhir menjelang makan siang. Perkuliahan dilanjutkan sore dan kelas malam diisi dengan diskusi kelompok. Begitu setiap hari. Melelahkan tapi menyenangkan. Tema diskusi beragam rupa, mulai dari pemasaran sampai dengan budaya perusahaan. Bukan hanya di dalam kelas, kuliah juga dilakukan dengan cara field trip, berujung ke perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Adakalanya ke New nyork, acap kali pula ke Washington. Pelajaran di luar dan di dalam kelas selalu diikuti dengan diskusi intensif tentang apa yang telah kami dapati.
Kelas diskusi itu disebut group dynamic. Setiap group terdiri dari enam sampai delapan orang dengan tugas studi kasus untuk dicarikan solusinya. Lantas setiap kelompok saling berkenalan dan menentukan ketua kelompok yang juga bertugas juru bicara kelompok. Kebetulan saat itu tugas yang diberikan membahas soal pabrik karet ban. Satu hal yang saya pelajari di MIT saat itu adalah free competition, yakni membiarkan perusahaan lain yang masih berada dalam satu grup untuk berkembang sendiri demi meningkatkan mutu dan daya saing perusahaan.
Sumber : Derom Bangun