Begitu acara usai, saya berserta istri dan anak saya Lita bergegas ke Bandara Soekarno – Hatta untuk mengejar pesawat yang membawa kami ke India. Malamnya pada acara Globoil India saya menerima award “Man of the year” sebagai pengakuan peranan saya dalam industri dan perdagangan minyak nabati. Dalam suratnya disebutkan saya berperan banyak dalam kemajuan perdagangan dan industri minyak nabati. Hal itu tentu berkaitan dengan kegiatan saya selaku ketua Gapki yang banyak berhubungan dengan SEA (Solvent Exractors Association) di India.
PRESIDEN YANG “SAKRAL” DAN MUSIBAH SETELAH ACARA PII
Zaman Orde Baru, Presiden Soeharto terkesan sakral dan menyegankan. Tak sembarangan orang bisa bertemu dengannya kecuali dalam forum-forum tertentu yang dihadirinya. Kalau boleh dibilang sebagai sebuah peruntungan, maka saya beruntung beberapa kali bisa menjumpainya dalam beberapa forum yang saya ikuti. Salah satunya dalam acara Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Kebanyakan orang waktu itu selalu membukuk kala bersalaman dengan dia. Tak jarang ada juga mencium tangannya. Giliran bagian saya, saya tetap tegak bersalaman dengannya. Sempat juga saya perhatikan raut wajah Pak Harto waktu bersalaman dengan posisi tak sedikitpun membungkuk. Dia agak kaget dan mungkin saja membantin, “orang dari mana ini?” Buata saya yang dibesarkan dalam tradisi Karo, agak sulit rasanya berlaku seperti orang kebanyakan kepadanya. Hal itu terjadi pada acara yang diselengarakan PII. Ada dua kesempatan pertemuan dengan Soeharto, keduanya dalam acara PII.
Sumber : Derom Bangun