Perdana Menteri kemudian muncul dari ruangannya dan melangkah masuk kedalam ruangan pertemuan. Kami segera berdiri menyambut Perdana Menteri yang menjabat tangan kami satu per satu. Ketika ia menyalami saya, saya mengucapkan selamat pagi. Selesai menjabat tangan kami semua, Perdana Menteri mempersilakan rombongan untuk duduk. Setelah itu ia mempersilakan kami untuk mengutarakan maksud kunjungan. Saya membuka pembicaraan dan menjelaskan tujuan kami adalah membicarakan masalah ekspor minyak sawit dari Indonesia. Memang pada malam sebelumnya kami telah berunding di hotel dan anggota rombongan meminta saya menjadi juru bicara.
Saya memandang wajah Perdana Menteri. Wajahnya sangat simpatik, menurut saya pantas atau sebanding wajah bintang film yang tampan dengan kumis dan wajahnya yang mudah tersenyum. Saya agak formal mengatakan, pertama-tama kami ingin menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih atas kesediaan beliau menerima kunjungan kami walaupun dengan pemberitahuan yang sangat singkat. Ia memandang saya dan hanya mengangkuk.
Kemudian saya lanjutkan mengenai inti tujuan kunjungan kami. Saya gambarkan minyak sawit ke Pakistan dari Indonesia yang telah berlangsung yang lama dan beberpa tahun terakhir menunjukan peningkatan peningkatan yang berarti. Hal itu saya katakan untuk menunjukan bahwa perdagangan minyak sawit ini telah membuat manfaat kepada kedua negara yang bersahabat ini. Maksudnya minyak sawit dari Indonesia telah bermanfat bagi masyarakat Pakistan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan telah sangat bermanfaat bagi pengusaha dan petani kelapa sawit indonesia yang banyak menguntungkan kehidupannya dari udidaya kelapa sawit. Saya mengatakan bahwa kelanjutan perdagangan ini akan terus membawa manfaat dan bahkan kesejahteraan bagi kedua bangsa yang bersahabat ini.
Sumber : Derom Bangun