Saya kemudian melanjutkan dengan gambaran terakhir, “Your excellency,” saya katakan, akhir-akhir ini impor Pakistan ke Indonesia menurun dan kami rasakan penurunan itu sangat besar. Kalau pada tahun 2007 ekspor minyak sawit Indonesia ke Pakistan mencapai volume lebih dari 700.000 ton atau hampir 3/4 juta ton, maka pada tahun 2008 telah terjadi gejala penurunan yang sangat draktis. Untuk kuartal pertama penurunan lebih dari 40 persen. Dengan gambaran saya itu Perdana Menteri kemudia menoleh ke arah pembantu-pembantunya dan menanyakan apakah benar. Salah seorang menteri mengatakan itu benar.
Kemudian Perdana Menteri menoleh kembali pada saya dan saya lanjutkan penjelasan. Penurunan ini terjadi, demikian kata saya, karena adanya perubahan bea masuk untuk minyak sawit dari dua negara penghasil minyak sawit yang cukup besar. Produsen yang lain telah mendapatkan keringan bea masuk oleh karena adanya FTA dengan Pakistan, karena itu kami dari Indonesia juga mengharapkan adanya keringanan yang sama. Beliau menganguk-anguk.
Saya lanjutkan lagi penjelasan kepadanya kepada kami mendengar bahwa dalam perundingan PTA antara Indonesia dan Pakistan ada hal-hal yang belum disepakati, diantaranya adalah bea masuk jeruk kino dari Pakistan ke Indonesia. Karena itu, sebelum berangkat dari Indonesia, kami telah menjajaki masalah ini dengan dua departemen di indonesia, yakni Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan.
Sumber : Derom Bangun