Sebelum terpilih masuk Kadin pada 1986, tak pernah ada dalam pikiran saya keinginan menggebu-gebu untuk bergabung dengan perhimpunan para pengusaha tersebut. Bergabungnya saya ke Kadin justru di luar dugaan dan kuasa saya, karena sebelumnya saya tidak punya hubungan apa pun dengan Kadin. Saat itu saya baru saja pulang dari Amerika setelah mengikuti pendidikan MIT. Sebagai Ketua Persatuan insinyur Indonesia (PII) saya harus menghadiri konferensi PII di Lhokseumawe. Menristek B.J. Habibie dan Menko Perindustrian Hartarto pun turut hadir.
Perjalanan dari Medan ke lhokseumawe sengaja saya tempuh dengan kendaraan pribadi ditemani istri. Sepulangnya dari acara PII, saya harus meninjau pembuatan pabrik kelapa sawit di Aceh Timur. Dalam perjalanan pulang ke Medan, kami singah di Kuala Simpang untuk makan siang. Saat itulah entah kenapa saya tergerak ingin membaca koran Waspada yang tersedia di kedai itu untuk bacaan tamu. Perlahan saya membuka halaman demi halaman korannya orang Medan itu. Pandangan mata saya terhenti pada kolom berita tentang pengumuman kepengurusan Kadin Sumatera Utara yang baru. Betapa kagetnya saya menemui nama saya disana sebagai ketua kompartemen pertanian. Bagaimana saya tidak terkejut dibuatnya, di hubungi pun tidak. Rupanya M. Imral Nasution yang terpilih sebagai Ketua Umum memilih saya untuk duduk dalam kepengurusan. Sejak saat itulah saya resmi menjadi pengurus Kadin Sumatera Utara.
Setibanya di Medan, saya diberi tahu bahwa beberapa hari lagi akan diselengarakan pelatihan pengurus baru Kadin. Pengurus Kadin Sumatera Utara periode 1986-1991 terdiri dari beberapa pengurus. Itulah pertama kalinya dalam sejarah Kadin Sumatera Utara memiliki banyak pengurus. Ketua Kadin terpilih adalah kawan dekat saya, M. Imral Nasution. Sebagai ketua Kadin ia sangat berpengaruh di kalangan pengusaha Sumatera Utara.
Sumber : Derom Bangun