Kebutuhan excavator di perkebunan sawit lebih diarahkan kepada pekerjaan lahan berbukit dan rawa. Excavator yang tangguh dan efisien bahan bakar lebih menjadi pilihan.
Tingginya persaingan antara perusahaan agen tunggal/produsen alat berat dapat terlihat dari adanya peresmian produk-produk terbaru seperti excavator.Di tahun ini saja, dua perusahaan alat berat seperti PT Daya Kobelco Construction Machinery dan PT Trakindo Utama merilis tipe excavator terbarunya untuk mengisi kelas kecil dan menengah. Kehadiran produk baru ini ditujukan mengisi kebutuhan pengguna seperti kegiatan perawatan kebun, khususnya di lahan basah dan berbukit.
Dinas Sebayang, Presiden Direktur PT Lancarjaya Mitra Abadi, menyatakan pengembangan lahan baru untuk perkebunan sawit sekarang ini banyak dilakukan pada daerah relatif cukup sulit topografinya seperti lahan dengan kontur yang tinggi atau lahan dengan kontur sangat rendah (rawa).
“Pembukaan lahan di daerah rawa sudah dipastikan 100 persen harus menggunakan excavator. Sama halnya, lahan mineral dengan topografi perbukitan yang tinggi juga lebih efektif menggunakan excavator karena kemiringan kerja yang sangat ekstrim,” ujarnya.
Permintaan excavator untuk pengerjaan di lahan basah telah direspon dengan cepat kalangan perusahaan alat berat. Djonggi Gultom, Direktur Marketing PT Hexindo Adiperkasa Tbk, mengatakan sekarang ini industri sawit mulai ekspansi ke lahan basah yang membutuhkan alat berat dengan spesialisasi tertentu. Produk kami yaitu excavator Hitachi cocok digunakan untuk pekerjaan membuat kanal dan pembuatan terasering.
Menurut Dinas Sebayang, excavator yang dibutuhkan idealnya memiliki produktivitas kerja tinggi dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Maka perlu dilakukan pengembangan maupun terobosaan baru seperti yang sudah dilakukakn beberapa dealer alat berat dengan mengeluarkan product excavator 130 class.
Dwi Sugiarto, Sales Manager PT Tat Hong Heavyequipment Indonesia, mengatakan produk excavatornya yaitu Sumitomo SH130-5FL Macan dikenal efisien bahan bakar dan lebih irit. Kelebihan excavator ini terbukti dari konsumsi bahan bakar yang sebesar 9 – 10 liter per jam. Selain mempunyai, gaya traksi (traction force) terbesar di kelasnya.
Beberapa konsumen maupun pengguna alat berat yang diwawancarai Majalah SAWIT INDONESIA, memiliki beberapa pertimbangan untuk memilih excavator. Pertama, perusahaan diminta sudah ada divisi product support/after sales support, karena produk tersebut harus memiliki kualitas dan ketahanan yang baik serta didukung oleh pelayanan service maupun suku cadang “mumpuni”.
Kedua, bagi pengguna yang melakukan pekerjaan borongan mengharapkan fuel consumption menjadi pertimbangan utama dalam pemakaian. Maka, diingginkan produk dengan produktivitas kerja baik dan konsumsi bahan bakar hemat sebagai pertimbangan utama.
Dinas Sebayang menambahkan teknologi yang diaplikasikan saat ini sudah cukup baik dan mengikuti perkembangan. Untuk ke depannya, perlu diperhatikan beberapa aspek seperti penerapan standar euro pada mesin yang mesti disesuaikan dengan kondisi kerja dan kualitas suplai bahan bakarnya.
“Tak hanya itu, perlu diaplikasikan sistem computerize dan electric memerlukan transfer knowledge yang baik dari distributor/ principle terhadap user agar dapat mengoperasikan dan memelihara alat produksi tersebut dengan baik,” pungkasnya.
Asosiasi Pengusaha Alat Berat memproyeksikan tahun ini penjualan alat berat lebih rendah 29% atau sekitar 13.700 unit dari tahun kemarin. Indikasinya, dapat terlihat dari merosotnya penjualan alat berat sampai Juni 2013 menjadi 7.972 unit dibandingkan periode sama tahun kemarin berjumlah. 12.477 unit.
Di sektor perkebunan, permintaan alat berat diproyeksikan tumbuh positif di angka 3 ribu unit atau naik 100 unit dari tahun kemarin. Kondisi serupa dialami sektor kehutanan yang hanya bertambah 100 unit dari tahun lalu menjadi 1.700 unit pada tahun ini. (Qayuum Amri)