Oleh : Ir. Syarif Bastaman, M.Sc. (Direktur R&D PT Mitra Sukses Agrindo)
Saat ini Biofungisida berbasis Trichoderma sp. banyak digunakan oleh praktisi sawit untuk melindungi tanaman dari serangan jamur patogen Ganoderma. Tulisan ini akan menjelaskan mekanisme Trichoderma sp. dalam melindungi tanaman sawit dari Ganoderma, “monster yang menakutkan” tersebut.
Kemampuan Trichoderma sp. untuk melindungi tanaman sawit melibatkan beberapa mekanisme yang terkait dengan sifat biokimiawi. Semua jenis Trichoderma sp. merupakan fungi biokontrol efektif, mereka akan tumbuh semakin baik di sekitar perakaran tanaman yang sehat, sehingga terjadi simbiosis mutualistis antara Trichoderma dengan tanaman sawit yang dilindunginya. Oleh karena itu, mekanisme perlindungan tanaman sawit oleh Trichoderma sp. tidak hanya melibatkan serangan terhadap Ganoderma, patogen pengganggu, tetapi juga melibatkan produksi beberapa metabolit sekunder yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman dan akar, dan memacu mekanisme pertahanan tanaman itu sendiri (Shoresh & Harman, 2008, Conteras-Cornejo et al., 2009).
Mekanisme penyerangan terhadap Ganoderma antara lain adalah melalui proses mikoparasitisme, yang melibatkan produksi berbagai enzim (biokatalis) hidrolitik (pemecah berbagai senyawa polimer) (Lorito et al.,1993, Brunner et al., 2003, Brunner et al., 2005, Suarez et al.,2004), dan sekresi (produksi dan pengeluaran) senyawa antifungi, antibakteri dan antinematoda (Vinale et al.,2006, Dong et al., 2005, Degenkolb et al., 2008). Selain itu, Trichoderma sp. menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman dan asam-asam organik yang membantu pelarutan fosfat dan mineral sehingga mudah diserap tanaman (Benitez et al. , 2004, Zadworny et al., 2008).
Kerja sinergi antara Trichoderma sp. dengan tanaman yang dilindunginya, terlihat dari kemampuan Trichoderma sp. untuk menginduksi tanaman memproduksi senyawa-senyawa perlindungan diri. Ibarat antibodi bagi hewan mamalia, tanaman pun memproduksi senyawa defensif untuk melindungi diri berupa fitoaleksin dan terpenoid. Hanson dan Howell (2004) menunjukkan bahwa endoxilanase, suatu enzim hidrolitik yang dihasilkan Trichoderma sp mampu menginduksi peningkatan produksi fitoaleksin dan terpenoid oleh tanaman. Trichoderma sp. juga menginduksi peningkatan produksi senyawa defensif tanaman yang dilindunginya, endoxilanase dan senyawa penginduksi lainnya yang dihasilkan Trichoderma sp. tidak menyebabkan nekrosis atau kematian tanaman sel.
Jadi, efek endoxilanase dari Trichoderma sp. terhadap tanaman inangnya, ibarat efek vaksin terhadap mamalia. Penelitian terbaru dari Shoresh et al. (2010) memperkuat temuan Hanson dan Howell tersebut, yakni kemampuan fungi Trichoderma sp. untuk memicu tanaman memproduksi berbagai senyawa, yang membantu tanaman tersebut tidak saja mengatasi gangguan patogen tetapi juga mengatasi berbagai stres lingkungan.