Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia berkembang cukup pesat. Setiap tahun tidak kurang dari 300.000 ha, rutin dilakukan penanaman dan pemanenan kayu fast growing. Kegiatan ini bertujuan memenuhi produksi pulp and paper dan turunan lainnya.
Bayer memberikan perhatian serius untuk peningkatan produktivitas Hutan Tanaman Industri (plantation). Bagi Bayer, dengan meningkatnya produktivitas hutan tanaman, maka diharapkan intensitas tekanan terhadap hutan alam akan terkendali.
Bagi pebisnis HTI, luasan nett planting hutan tanaman Industri yang terus meningkat, harus disertai dengan upaya penerapan budidaya yang intensif. Saat ini, kita tidak menutup mata bahwa produktivitas hasil panen kayu fast growing per ha di Indonesia, masih cukup jauh dibawah rata-rata produktivitas kayu fast growing yang dibudidayakan perusahaan HTI di negara lain, terutama yang menjadi benchmark adalah negara Brasil.
Mari kita lihat dari expertise Bayer sebagai perusahaan pestisida. Berdasarkan hasil deep interview dengan beberapa orang dari perusahaan HTI. Diketahui salah satu yang signifikan dalam mempengaruhi belum optimalnya yield kayu adalah realisasi pengendalian gulma yang belum dapat dilaksanakan tepat waktu, terutama pada tanaman usia di bawah 1 tahun. Dalam budidaya intensif HTI, minimal diperlukan tiga sampai empat round pengendalian gulma dalam satu tahun untuk menghasilkan penutupan gulma yang terkendali dan mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Umumnya, pengendalian gulma di Indoesia dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca tumbuh, yang bekerja untuk mengendalikan gulma tanpa memiliki kemampuan untuk mengendalian biji gulma. Hal ini menyebabkan dari tahun ke tahun frekuensi pengendalian gulma per tahun tidak menurun, karena new growth dari biji gulma akan kembali tumbuh setelah dilakukan spray. Tingginya kebutuhan frekuensi pengendalian gulma ditambah lagi dengan menurunnya ketersediaan tenaga kerja dari tahun ke tahun (labour shortage) menyebabkan intensifikasi budidaya HTI semakin menantang.
Bayer memberikan solusi yaitu sistem pengendalian gulma pasca tumbuh+pra tumbuh dengan alat aplikasikasi mekanisasi spray menggunakan 4WD tractor dan sprayer. Dengan solusi ini maka sekali semprot, gulma yang sudah tumbuh dan biji gulma akan terkendali. Alhasil, pertumbuhan gulma baru dari biji, pasca penyemprotan dapat ditekan.
Ini adalah paradigma baru dalam pengendalian gulma yang memberikan minimal 3 keuntungan bagi customer. Pertama adalah ekonomis yang mengurangi jumlah kebutuhan frekuensi pengendalian gulma per tahun serta menghemat kebutuhan herbisida dan tenaga kerja. Kedua, berkaitan environmental friendly yang mengurangi konsumsi fuel dari biasanya diperlukan 4 kali spray per tahun dengan menggunakan tractor, maka dapat dikurangi minimal 1 kali frekuensi spray. Selain itu, mengurangi konsumsi air untuk semprot. Ketiga, mengurangi resiko paparan herbisida pasca tumbuh yang biasanya mempengaruhi growth tanaman.
Solusi herbisida pasca+pra tumbuh, menurut pengalaman Bayer akan jauh lebih efisien apabila diaplikasikan dengan mekanisasi. Aplikasi mekanisasi menghasilkan coverage spray yang merata, dimana ini syarat dari keberhasilan herbisida pra tumbuh.
Herbisida pra tumbuh produksi Bayer yang saat ini banyak digunakan di perusahan HTI adalah herbisida berbahan aktif Indaziflam dengan merek Esplanade 22 WG. Esplanade 22 WG punya keunggulan yaitu dosis rendah karena cukup diperlukan 200-250 gr/ha. Selain itu, produk ini compatible untuk diaplikasikan bersamaan dengan herbisida pasca tumbuh.
Cara aplikasinya dilakukan dalam dua cara yaitu dicampur dengan herbisida pasca tumbuh apabila di areal sudah terdapat penutupan gulma. Atau bisa digunakan tunggal sesaat setelah panen dilakukan, ketika penutupan gulma belum ada.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 98)