Keempat sektor tersebut merupakan satu kesatuan entities ekonomi yang saling terkait dan saling ketergantugan dalam Megasektor Sawit.Sektor kebun sawit tidak dapat berkembang tanpa sektor hulu maupun sektor hilir dan demilian sebaliknya. Sektor hulu, sektor kebun sawit, sektor hilir tidak dapat berkembang tanpa dukungan sektor jasa pendukung. Dalam Megasektor Sawit berlaku teori konvoi, yakni kecepatan iring-iringan suatu konvoi ditentukan oleh elemen konvoi yang paling lambat lajunya. Demikian juga Megasektor Sawit, perkembangan Megasektor Sawit secara keseluruhan ditentukan oleh sektor-sektor yang paling lambat perkembangannya atau dukungannya. Oleh karena itu Megasektor Sawit tersebut perlu dikelola secara utuh, berimbang dan terintergrasi dari hulu hingga hilir.
Megasektor Sawit tersebut berakar pada sumber daya (domestic resources based) di seluruh daerah. Sektor tengah/perkebunan sawit berkembang di pelosok-pelosok pada sekitar 200 kabupaten, sedangkan sektor hulu, hilir dan sektor jasa penungjang relatif tersebar diseluruh daerah khususnya dikawasan perkotaan termasuk daerah Pulau Jawa. Output Megasektor Sawit selain diperdagangkan dan dikonsumsi di dalam negri, juga menjangkau hampir seluruh negara di dunia. Sekitar 70 persen minyak sawit dan produk turunannya dipasarkan kepasar dunia. Sebagaimana dilaporkan FDA-USA maupun Komisi Eropa, lebih dari 50 persen produk-produk makanan di kawasan tersebut telah mengunakan minyak sawit. Oleh karena itu, mengelola Megasektor Sawit memerlukan jangkauan global. Oleh karena itu, kebijakan perdagangan minyak sawit, minyak nabati bahkan minyak fosil disetiap negara menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Megasektor Sawit.
Sumber: GAPKI