Holding PTPN membenahi tumpukan utang di seluruh anak usahanya. Upaya restrukturisasi diambil supaya beban perusahaan tidak semakin berat. Imbasnya, Sejumlah aksi korporasi ditunda untuk menyeimbangkan cashflow.
Di hadapan Komisi VI DPR RI, Erick Tohir, Menteri BUMN RI sudah dua kali menjelaskan tumpukan utang yang membebani Holding PT Perkebunan Nusantara III (PTPN). Nilai utang kurang lebih Rp 40 triliun.
“Kami coba restrukturisasi utang ini diantaranya PTPN yang mencapai Rp 40 triliun lebih. Begitupula di BUMN Karya masih berjalan (restrukturisasi),” jelas pria kelahiran Jakarta ini saat Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR pada 20 Januari 2021.
Restrukturisasi utang Holding PTPN III (Persero) berlangsung seminggu setelah rapat tersebut. Ada enam bank yang menandatangani perjanjian restrukturisasi ini yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Keenam Kreditor ini merepresentasikan 68% dari total exposure kredit ke PTPN Group. Rincian total exposure tersebut yaitu Bank Mandiri ± sebesar Rp12,3 triliun (30%), BNI ± Rp6,2 triliun (15%), BRI ± Rp6,1 triliun (14%), LPEI ± Rp2,6 triliun (6%), Bank BCA ± Rp1,1 triliun (3%), serta BRI Agro ± Rp433 miliar(1%). Totalnya sekira Rp 28,73 triliun.
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menandatangani Perjanjian Perubahan Induk atau Master Amendment Agreement (MAA) Transformasi Keuangan PTPN Group dengan para kreditor tadi. Perjanjian ini membuat PTPN bernafas sedikit lega. Karena memberikan ruang untuk memperbaiki kinerja keuangan dan operasional.
Penandatanganan perjanjian tersebut dilakukan Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani dengan Direksi enam kreditur utama tersebut dengan disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansury selaku wakil Pemegang Saham PTPN III (Persero)di Mandiri Club, Jakarta, Jumat (29 Januari 2021).
“Penandatangan Master Amendment Agreement ini merupakan bentuk kepercayaan kreditor dalam mendukung upaya PTPN Group mengembangkan profil bisnis yang sehat dalam mendukung kinerja keuangan dan operasional yang berkelanjutan,” kata Ghani dalam keterangannya kepada wartawan
Isi perjanjian mengatur kesepakatan antara PTPN Group dengan para kreditor untuk memberikan relaksasi atas fasilitas pinjaman. Langkah ini akan membantu perbaikan struktur utang berbunga perusahaan. Efek lainnya menekan biaya terkait dengan beban keuangan dan mengurangi besaran angsuran yang dibayarkan perusahaan setiap tahunnya.
“Restrukturisasi ini bagian strategi transformasi keuangan yang tengah dijalankan PTPN dalam jangka panjang,” kata Ghani.
Strategi berikutnya membagi potensi dan kinerja anak perusahaa serta rencana transformasi jangka panjang PTPN Group. Skema ini dibagi tiga bagian: Group Hijau, Group Kuning dan Group Merah.
Ia menjelaskan dalam menjalankan skema transformasi utang, cashflow perusahan dalam tiap Group tersebut dianggap sebagai satu kesatuan dalam pemenuhan kewajiban bank. Skema Group hijau dan kuning memiliki eksposure kredit Rp33 triliun dan Group merah dengan eksposure kredit Rp8 triliun. Group hijau terdiri PTPN III, PTPN IV dan PTPN V, Group kuning terdiri dari PTPN I, PTPN II, PTPN VI, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIV, sedangkan Group merah terdiri dari PTPN VII, PTPN VIII dan PTPN IX.
Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansury, yang menghadiri penandatanganan perjanjian, mengatakan penandatanganan MAA merupakan dasar dari program restrukturisasi keuangan PTPN Group. Hal ini salah satu langkah yang sangat penting bagi PTPN Group untuk bisa melakukan program restrukturisasi keuangan selain daripada rencana restrukturisasi lainnya yang akan dijalankan oleh PTPN Group.
“Saya hadir untuk memberikan dukungan kepada PTPN Group. Kami serius mengikut program transformasi kedepannya yakni 6 program prioritas yang tengah dilakukan oleh PTPN Group salah satunya yaitu restrukturisasi keuangan,” jelas Pahala sebagai Wakil Pemegang Saham PTPN III.
Tidak hanya itu, menurut Pahala PTPN Group akan meningkatkan EBITDA dan cash flow perusahaan dengan melakukan berbagai strategi salah satunya operational excellence yakni meningkatkan kinerja seluruh anak perusahaan PTPN Group serta peningkatan kinerja komoditas termasuk refocusing terhadap komoditas yang dihasilkan oleh PTPN Group.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 112)