JAKARTA, SAWITINDONESIA – Darmono Taniwiryono Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) meminta pemerintah untuk mendorong promosi positif terhadap minyak sawit (CPO). Sebab, minyak sawit (CPPO) memberikan sumbangan besar terhadap devisa negara mencapai rata-rata 15 miliar dolar AS setiap tahun.
Namun, kata dia, banyak pihak yang tidak mengenal produk sawit tetapi berbicara negatif sawit. Akibatnya, opini negatif komoditas itu telah merasuk kepada pemikiran generasi muda Indonesia sejak dari rumah hingga pendidikan.
“Masyarakat global selalu mendiskreditkan produk minyak kelapa sawit sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. Mereka menuding sawit sebagai penyebab kebakaran hutan, sawit tidak sehat, sawit rakus air, dan lain sebagainya merupakan salah satu contohnya,” kata Darmono di Jakarta, Rabu (1/3).
Menurut dia, isu tersebut tidak benar karena kebakaran yang terjadi di perkebunan kelapa sawit pada tahun 2015 hanya sekitar 7 persen sampai dengan 14 persen dari total kejadian kebakaran lahan di Indonesia.0
Selain itu, ia mengatakan minyak sawit mempunyai nilai gizi yang tidak tertandinginl. Semisal, minyak sawit merah dara (virgin red palm oil), mengandung pro-Vitamin A 800 -1000 ppm dan Vitamin E 400 ppm yang merupakan anti oksidan kuat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Darmono menjelaskan bahwa kampanye negatif terhadap sawit Indonesia tak terlepas dari persaingan bisnis dengan minyak nabati lainnya yang mulai tersingkir dengan adanya produk CPO dan turunannya dengan volume dan harga yang lebih kompetitif. Oleh karena itu, Maksi mengajak masyarakat supaya bangga menjadikan sawit sebagai produk unggul Indonesia.
Sebelumnya, APEC First Senior Officials Meeting (SOM1), 22-23 Februari 2017 di Pekanbaru Riau, telah menetapkan sawit sebagai “development products”, yaitu produk yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan melalui pembangunan pedesaan dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Forum ini merupakan wadah yang penting bagi para perwakilan perdagangan di luar negeri untuk mengetahui dan mengenal sawit lebih dalam sehingga secara konfiden dapat meyakinkan para calon konsumen CPO dan PKO serta berbagai produk turunannya di luar negeri.
“Para atase perdagangan dan direktur ITPC merupakan garda depan untuk menyampaikan mana yang mitos dan mana yang fakta dalam menangkis isu-isu negatif yang sengaja dibangun oleh kompetitor minyak nabati dunia, yaitu minyak kedelai, rapeseed, dan jagung,” jelas dia.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan data Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), produktivitas biodiesel per satuan luas perkebunan kelapa sawit 10 kali lebih produktif daripada kedelai. “Berarti, nilai pengurangan emisi oleh sawit jauh lebih besar dari tanaman kedelai, apalagi seluruh biomasa sawit (cangkang, sabut, tandan kosong, batang, dan pelepah sawit) dikonversi menjadi energi,” tutupnya. (Ferika)