Dua dekade lalu peredaran benih illegi tim marak digunakan petani di Petapahan, Riau. Supaya tidak berlanjut, Asosiasi Petani Swadaya Petapahan Maju Bersama menggandeng produsen benih setempat. Berhasil mendongkrak produktivitas sampai dua kali lipat.
“Sebelum 2008, benih illegi tim masih banyak dipakai petani di sini. Benih tadi mudah diperoleh karena dari teman keteman,” cerita H. Suher, Ketua Asosiasi Petani Swadaya Petapahan Maju Bersama.
Akibat menggunakan benih tanpa sertifikat ini, banyak petani merugi. Produktivitas rendah di bawah standar. Biaya perawatan tidak sebanding dengan penghasilan. Suher bersama rekan-rekan petani di wilayah Petapahan mencari solusi. Di saat bersamaan, petani sudah sadar kebutuhan akan benih unggul dan bersertifikat. Penggunaan benih bersertifikat ini diharapkan akan membawa kesejahteraan bagi petani.
Ia mengatakan para petani berinisiatif menghubungi OPRS (Oil Palm Research Station) Topaz. Unit penelitian benih sawit di bawah pengelolaan PT Tunggal Yunus Estate ini berada di Desa Petapahan Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Keinginan petani menjalin kerjasama karena karena sebagian besar kebun mereka harus diremajakan. Selain itu, petani enggan menggunakan benih yang tidak jelas dan asalan. PT Tunggal Yunus Estate, unit Asian Agri, telah mengantongi izin pelepasan varietas sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 57, 58, 59 dan 60/KPTS/SR.120/I/2004 masing-masing tertanggal 16 Januari 2004.
Bak gayung bersambut, pihak perusahaan menyambut niat petani Petapahan. Komunikasi antara kedua pihak berjalan baik. Selanjutnya, mereka menjalin hubungan kemitraan. Para petani Petapahan yang bermitra dengan perusahaan mendirikan Asosiasi Petani Swadaya Petapahan Maju Bersama.
Sebagai informasi, petani yang bergabung dalam asosiasi ini memiliki kebun di Petapahan Jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Desa Petapahan Jaya.. Desa ini mulanya Satuan Pemukiman Transmigrasi Swakarsa yang mulai dihuni pada tahun 1984 yang penduduknya sebagian besar didatangkan dari Rokan dan pulau Jawa.
“Di tahun 2008, banyak kebun petani di Petapahan masuk usia replanting. Para petani ingin membeli benih unggul salah satunya benih Topaz. Alhamdulillah, komunikasi dengan Asian Agri berjalan baik. Mulai 2008, petani membeli benih Topaz secara bertahap. Kala itu, harga bibit siap tanam sekitar 15 ribu rupiah per bibit,” ujar Suher.
Apa yang membedakan benih asalan dengan benih Topaz? Suher menceritakan ketika menggunakan benih asalan ternyata tanaman tidak juga panen sampai umur 4 tahun. Tak heran, banyak petani yang kebingungan dan frustasi dengan kondisi tanaman.
Setelah beralih ke benih Topaz, para petani merasakan manfaatnya. Dikatakan Suher, keunggulan benih Topaz salah satunya adalah cepat berbunga dan cepat berbuah (2,5 tahun sudah bisa panen), bahkan sebelum 2,5 tahun sudah ada yang panen.
Dari pengalaman petani, rerata panen di tanaman usia 5-6 tahun sekitar 2,5 ton TBS per ha per bulan. Artinya dalam setahun, hasil produksi dapat mencapai 30 ton TBS. Di tanaman usia 6-10 tahun mampu menghasilkan panen 36 ton hingga 40 ton dalam tahun.
“Kebun saya umur tanaman 6 tahun, hasil panen dapat 3 ton per ha setiap bulan. Di awal pakai benih Topaz, saya dapat utangan untuk bibit selama 3 tahun. Di tahun pertama, cicilan saya gratis,” paparnya.
Kerjasama kemitraan dengan Asian Agri terus meningkat. Selain penyediaan benih, Asosiasi Petani Swadaya Petapahan Maju Bersama dapat menjual hasil panen anggotanya kepabrik sawit perusahaan. Di April 2014, penjualan buah sawit anggota asosiasi dapat diterima pabrik sawit perusahaan,
”Saat itu, kami berpikir kenapa tidak dikembalikan lagi buah sawit yang benihnya dari Asian Agri. Lalu buah sawit tadi dijual lagi ke (pabrik sawit) perusahaan,” jelasnya.
Suher mengatakan pola kemitraan dengan perusahaan sangat membantu petani karena petani mendapatkan pendampingan teknis. Pendampingan ini antara lain kebun anggota asosiasi didukung sumberdaya terbaik dari perusahaan yang membantu perawatan tanaman. Kebun petani mendapatkan supervisi mulai dari mandor sampai manager yang mengawasi perkembangan produksi kebun anggota Asosiasi Petani Swadaya Petapahan Maju Bersama.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 118)