JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, kreativitas menjadi prioritas dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Apabila kita bicara UMKM, yang pertama kreativitas. Pada titik tertentu kalau kita ingin naik kelas perlu ada sentuhan teknologi. Bagaimana mengolah kopi dengan kualitas yang seragam, atau kopi nya ternyata bermacam-macam, tapi rasanya tetap bisa mirip, Kita harus menggunakan teknologi, dan teknologi itu hasilnya pasti dari riset,” ujar Handoko saat menjadi narasumber pada Talkshow Inovasi dan Digitalisasi UMKM Menuju Industri 4.0 yang diselenggarakan oleh Inotek Foundation di Gd. BJ. Habibie Jakarta, pada Kamis (19/10).
Handoko menambahkan, tentu ada juga UMKM yang berasal dari teknologi, contohnya pada 2010 ada produsen yang mengembangkan makanan kaleng seperti gudeg. Waktu itu belum ada yang menggunakan teknologi tersebut, dan setelah dicoba ternyata menjadi terkenal sampai sekarang. “Dari pada jualan sehari, dua hari, terus besoknya dibuang. Kalau dikalengin minimal dia bisa tahan sampai 12 bulan, bisa dibawa untuk naik haji atau umroh, untuk oleh-oleh, dan sebagainya,” lanjutnya.
Teknologi itu tidak selalu hal yang rumit-rumit, tegas Handoko, yang simpel justru banyak. “Simpel, sederhana, terus kena, dan pas dengan target pasarnya, itu kuncinya. Sambal bermerk itu ada teknologinya, ada risetnya, supaya tidak gampang basi,” ujarnya.
Dirinya menegaskan, BRIN intinya tidak menggunakan cara yang repot. “Siapa saja boleh bergabung bersama kami. Boleh memakai fasilitas kami, boleh tanya-tanya perisetnya, dan gratis, asal mau kerja sama. Intinya bagaimana bapak dan ibu bisa menyampaikan masalahnya ke orang yang bisa menyelesaikan masalah tersebut,” ucapnya.
Lebih lanjut Handoko menjelaskan, saat ditanya program-program pada BRIN yang bisa diikuti oleh para UMKM untuk lebih berdaya jual. Dirinya mengutarakan, BRIN memiliki skema Fasilitasi Usaha Mikro berbasis Iptek (FUMI).
“Jadi bagaimana kita meningkatkan diferensiasinya. Caranya, kalau usaha kita agar laku itu harus tampil beda, seperti sambalnya bisa awet sampai 7 bulan, gudegnya awet hingga 12 bulan, atau bahannya lebih murah sehingga bisa berkompetisi,” paparnya.
Diferensiasi itu, urainya, pasti perlu muatan-muatan teknologi yang ada risetnya, yang ada ilmunya. “Itu bisa melalui skema kami. Kita juga ada rendang, kalau factory sharing dengan pemda untuk pengalengan khusus di Sumatera Barat. Kemudian, siapapun yang membuat rendang yang merk nya sudah terkenal, dia ga perlu repot harus punya alatnya, di kami pun di Cibinong ada alatnya,” katanya.
Handoko juga menyampaikan, saat ini BRIN tidak memberikan bantuan dalam bentuk uang. ”Belajar dari pengalaman kalau diberi uang malah cenderung cari uangnya bukan mau membesarkan usahanya. Kalau kita buka platformnya, masyarakat yang datang benar-benar memang berniat mau bekerja keras untuk melakukan sesuatu,” bebernya.
Talkshow kali ini menghadirkan 3 narasumber, selain Kepala BRIN, hadir pula Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bastian sebagai Sekretaris Deputi Bidang Kewirausahaan dari Kemenko UMKM, dan Gunawan Pejabat Fungsional Pembina Industri dari Kementerian Perindustrian. Talkshow Inovasi dan Digitalisasi UMKM Menuju Industri 4.0 ini mengusung tema Inovasi Digitalisasi Entrepreneur untuk Akselerasi Lanjutan (IDEAL). Dipandu oleh Chandra Putra Negara sebagai Motivator dan Youtuber dengan pengikut sebanyak 4,07 juta. Sedangkan untuk closing speech disampaikan Elvira Lianita selaku Direktur PT HM Sampoerna Tbk.
Sandiaga Uno Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyampaikan apresiasinya untuk BRIN. ”Saat ini kita sedang menatap Indonesia Emas di segala bidang. Untuk memastikan kita bisa masuk Indonesia Emas, jantung dan otaknya ini ada di BRIN,” tegasnya.
Pria yang akrab disapa Sandi ini menjelaskan, UMKM memiliki peran yang luar biasa, 99% dari jumlah usaha, 97% dari tenaga kerja, dan lebih dari 60% dari PDB. “Menurut riset dari We Are Social sebanyak 212 juta pengguna dari teknologi ini yang dilandasi transformasi internet. Kemudian 77%, atau 21,5 juta itu adalah UMKM yang telah on boarding. Tahun ini bapak Presiden menargetkan 30 juta UMKM, salah satunya inilah yang ingin kami dorong,” harapnya.
Dirinya menyatakan, kita jangan bangga dengan jumlah UMKM yang besar, justru menjadi PR karena usaha-usaha ini harus naik kelas. “Dari mikro jadi kecil, naik menjadi mengah, terus naik lagi menjadi besar. Seperti, Amerika nomor 1 ekonomi dunia, Cina nomor 2, selanjutnya Jepang, negara-negara tersebut UMKM nya ga banyak, karena mereka sudah naik kelas. Mereka melakukan merger, berkonsolidasi, dan melakukan akuisisi,” katanya penuh semangat.
Kementerian yang dipimpinnya memiliki program paling banyak mendapatkan sorotan yaitu apresiasi kreasi Indonesia. Ini adalah bagian dari strategi besar pemerintah dengan konsep lintas kementerian dan lembaga, yaitu bangga buatan Indonesia dengan nama On Boarding, dari 30 juta UMKM.
“Kami berikan fasilitasi dari segi pemasaran, pelatihan pendampingan, permodalan, dan yang banyak dibutuhkan adalah perizinan. Sebagian dari merek belum memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), Kekayaan Intelektual (KI), sertifikasi halal, apalagi BPOM, semuanya kita fasilitasi,” jelasnya.
Saat ditanya cara Kemenkop menyikapi adanya kebutuhan permodalan dan memudahkan UMKM untuk mengaksesnya, dirinya mengatakan di depan mata itu kita memiliki ekonomi yang terus bertumbuh 5%.
“Sementara kebutuhan masyarakat kita ini sangat tinggi, namun suplainya ini terbatas. Mari kita cukupi dulu kebutuhan dalam negeri, misalnya untuk masalah pangan kita masih banyak produk impor. Hilirasasi merupakan sebuah program besar, selain bangga buatan Indonesia adalah bagaimana kita dengan kekuatan lokal kita ini dapat menambah nilai dari produk-produk kita,” pungkasnya.
Sebagai informasi, menurut laman Inotek, Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK) adalah sebuah inkubator bisnis yang didirikan pada 17 Januari 2008 untuk mendukung pengembangan usaha pemula, kecil dan menengah yang berbasis Teknologi Tepat Guna. Pendirian organisasi ini didasari oleh keyakinan yang kuat bahwa inovasi teknologi yang aplikatif dan tepat-guna akan memberi manfaat dan dampak sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
INOTEK menjangkau ratusan wirausaha berbasis teknologi tepat guna di Indonesia dan berupaya untuk memobilisasi dukungan bisnis yang dibutuhkan perusahaan agar tumbuh menjadi bisnis yang sukses. INOTEK juga bermitra dengan inkubator bisnis, investor, finance, perusahaan multinasional, organisasi multilateral, dan universitas.
Sumber: brin.go.id