Dengan dukungan fasilitas kebun, AKPY-Stiper menyelenggarakan Kuliah Learning Factory dengan model pembelajaran learning by doing.
Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang terdampak virus corona yang mewabah saat ini. Untuk menekan angka yang terkonfirmasi virus, pemerintah mengeluarkan kebijakan di antaranya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mengingat kondisi tersebut, institusi Pendidikan terutama penyelenggara Pendidikan Vokasi harus berinovasi agar dapat menghasilkan lulusan yang pintar dan siap kerja.
Seperti diketahui, Pendidikan Vokasi dalam pelaksanaanya harus mampu menyeimbangkan antara teori dan praktek agar dapat menghasilkan lulusan yang siap bekerja. Namun, di tengah keterbatasan tatap muka pembelajaran di kelas. Mengaplikasikan teori dan praktek yang porsinya 50% (teori) dan 50% (praktek) agaknya sulit terealisasi. Meski, sudah ada beberapa aplikasi pendukung yang dapat dimanfaatkan sebagai pembelajaran online seperti aplikasi Google Meet dan aplikasi Zoom Meeting.
Terlebih, Pendidikan Vokasi program Diploma I yang hanya ditempuh dalam waktu satu tahun. Disinilah, tantangan yang dihadapi institusi Pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Vokasi. Untuk itu, perlu berani membuat terobosan agar pembelajaran dapat berjalan dan menghasilkan lulusan yang pintar dan siap kerja.
Menyadari adanya tantangan tersebut, Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta – Stiper (AKPY-Stiper) melakukan terobosan pembelajaran yang diharapkan lebih efektif di tengah pandemi Covid-19 dan dengan adanya kebijakan PSBB. Dengan dukungan fasilitas kebun yang dimiliki, pihaknya menyelenggarakan Kuliah Learning Factory dengan model pembelajaran learning by doing. “Model pembelajaran ini diharapkan sesuai dan efektif untuk mencetak calon mandor tanaman (kelapa sawit) diaplikasikan di tengah kebijakan PSBB yang terjadi saat ini,” ujar Direktur AKPY-Stiper, Ir. Sri Gunawan, M.P, saat ditemui di kampusnya, pada akhir Januari 2021.
Dijelaskan Sri Gunawan, melalui kuliah Learning Factory, mahasiswa belajar dengan melakukan praktek langsung di kebun. Model pembelajaran ini diharapkan lebih mudah diserap, karena sebelum praktek di kebun mahasiswa mendapatkan teori yang disampaikan langsung oleh dosen yang memiliki latar belakang Praktisi Kebun.
“Kuliah Learning Factorydi Kebun, sebagai proses pembelajaran yang lebih efektif dengan melakukan metode learning by doing khususnya materi kompetensi Mandor tanaman. Harapan kami melalui kuliah Learning Factory bisa link and match dengan industri (perkebunan),” jelasnya.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indinesia, Edisi 114)