Dunia persawitan di Indonesia sedang dihantui oleh monster yang mengancam investasi bernama jamur patogen Ganoderma. Jamur ini menyebabkan penyakit busuk pangkal batang atau dikenal dengan istilah Basal Stem Rot (BSR). Biofungisida NOGAN dapat menjadi alternatif pengendalian ganoderma.
Ganoderma telah menyerang tanaman generasi ke-1 (pertama) yang terjadi di beberapa daerah mulai dari Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Jambi, Lampung, dan Kalimantan. Ancaman Ganoderma ini sangatlah serius, menurut Ganoderma Center (2011) bahwa Ganoderma mampu menghancurkan populasi sawit sampai sekitar 60%. Serangannya tidak hanya menyerang sawit tua generasi 3-4, bahkan tanaman muda generasi ke- 1 sudah diserang.
Menjawab masalah Ganoderma ini, PT Mitra Sukses Agrindo yang merupakan perusahaan bergerak di bidang produk berbasis bio menyelenggarakan Grand Launching NOGAN yang berlangsung pada 9 Desember 2013 di Hotel Garuda. NOGAN adalah produk biofungisida berbasis Trichoderma untuk mengendalikan Ganoderma.
Setelah terlebih dahulu hadir di sejumlah propinsi di Indonesia dan terakhir dilaksanakan di Bangka Belitung, Grand Launching NOGAN akan menjawab keresahan dan kekhawatiran masyarakat perkelapasawitan di Sumatera Utara.
Hingga saat ini sendiri, NOGAN sudah digunakan luas untuk beberapa perkebunan besar baik swasta nasional dan asing serta petani serta koperasi petani plasma di sedikitnya 12 propinsi. Kehadiran NOGAN secara resmi di Sumatera Utara adalah sebuah seruan agar pelaku usaha hulu perkebunan sawit mempunyai strategi dan produk andalan untuk mengatasi serangan massif ganoderma.
Dalam acara yang bertemakan “Strategi Perlawanan Serangan Masif Ganoderma Di Perkebunan Kelapa Sawit“, dihadiri praktisi sawit dari seluruh perkebunan sawit di Sumatera Utara. Peluncuran ini menampilkan pembicara dari Ganoderma Center yang memaparkan topik “Bahaya Ancaman Ganodermapada Perkebunan Kelapa Sawit dan Pengendaliannya”.
Heri DB, Direktur Utama PT MITRA SUKSES AGRINDO, mengatakan biofungisida NOGAN diperlukan di perkebunan sawit karena faktanya Ganoderma mulai menginfeksi tanaman sawit muda pada generasi-1. Selain itu, gejala serangan awal Ganoderma sering tidak mudah terdeteksi karena penularannya melalui akar sehingga sulit menentukan batas penyebarannya. Dari data Ganoderma Center, apabila ganoderma tidak dikendalikan akan berdampak kepada kehancuran populasi sawit bisa mencapai 60%.
Heri DB menambahkan serangan Ganoderma menurunkan produksi dan diduga menurunkan rendemen minyak. Apalagi, populasi musuh alami Ganoderma di perkebunan sawit umumnya relatif rendah akibat penggunaan produk kimia yang berlebihan.
NOGAN merupakan biofungisida yang berbasis Trichoderma selektif dan sudah teruji mampu mengendalikan Ganoderma. Trichoderma selektif tersebut adalah Trichoderma harzianum, Trichoderma pseudokoningii dan Trichoderma viride. NOGAN yang telah mengantongi izin Kementan RI dengan no RI.01020120124308 dan Patent No D002011002534.
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki NOGAN antar lain mudah diaplikasikan karena berbentuk serbuk sehingga cukup ditabur tanpa merubah budaya kerja kebun, membuat tanaman menjadi lebih vigor (tanaman kuat dan sehat), dan mampu meningkatkan populasi Trichoderma sebagai musuh alami Ganoderma di zona perakaran sawit dengan sangat cepat.
Kelebihan NOGAN lainnya, ada kandungan bahan pembawa/carrier yang terseleksi dan aman dalam penyimpanan dan transportasi serta tidak mengundang tikus dan babi di lapangan. Selain itu, produk ini mengandung Induser chitin yang mampu merangsang Trichoderma menghasilkan enzyme chitinase yang dapat menghancurkan dinding sel Ganoderma yang terbuat dari senyawa chitin dengan sangat efektif.
Heri DB mengungkapkan sebagai musuh alami Ganoderma, Trichoderma sudah seharusnya hadir dalam tanah dalam jumlah populasi yang cukup. Apabila kondisi ekosistem berada pada keseimbangan alamiah maka pergerakan Ganoderma dalam tanah dapat dihentikan oleh Trichoderma”.
“Agar tanaman sawit bebas dari infeksi Ganoderma maka NOGAN sebaiknya diaplikasikan sejak di pembibitan, pada lubang tanam dan untuk TBM dan TM. Hal ini penting untuk memastikan populasi musuh alami Ganoderma tetap tersedia dalam jumlah yang cukup,” ujarnya.
Sebagai mantan praktisi sawit dengan pengalaman lebih dari 25 tahun, Heri DB menganjurkan apabila sudah menempatkan Ganoderma menjadi masalah yang serius sejatinya harus diterjemahkan dalam struktur organisasi dimana manajemen harus membentuk divisi atau tim khusus pengendalian Ganoderma. Tugas divisi ini adalah investigasi kebun bersama pakar Ganoderma, training staf terkait gejala dan pengendalian Ganoderma, antisipasi dengan menggunakan biofungisida berbasis Trichoderma, dan mengembalikan bahan organik ke lapangan seperti jangkos dalam bentuk kompos matang.
Selanjutnya, divisi tersebut bertugas merekomendasikan substitusi sebagian pupuk kimia dengan pupuk organik mikroba berbasis pH tinggi. Dengan fokus penanganan tersebut maka evaluasi terhadap kemajuan pekerjaan akan lebih mudah dilakukan.
“Mengingat resiko kerugian akibat serangan Ganoderma sangat besar. Idealnya anggaran yang dibutuhkan untuk kepentingan pengendalian Ganoderma termasuk anggaran biofungisida yang digunakan sudah selayaknya menjadi bagian dari INVESTASI dan bukan bagian dari BIAYA”, kata Heri DB menutup pembicaraan. (Qayuum Amri)