Namun, selama tahun 2002-2003 terjadi kekurangan benih sawit di dalam negri sehingga para pelaku terpaksa mengimpor benih sawit dari luar negri, yaitu dari Malaysia, Papua New Guinea, dan Costa Rica. Selain, itu beberapa perusahaan swasta nasional mulai berinvestasi dalam industri benih sawit. Seajak tahun 2003 jumlah produsen benih nasional bertambah empat produsen baru, yaitu PT. Dami Mas Sejahtera dan PT. Tunggal Yunus Estate yang berlokasi di Riau serta PT. Bina Sawit Maknur dan PT. Tania Selatan Berlokasi di propinsi Suamtra Selatan (Asmono et al., 2005).
Selanjutnya pada tahun 2008 PT. Bakti Tani Nusantara mendapat ijin pemerintah sebagai produsen benih unggul sawit kedelapan di Indonesia sehingga total kapasitas priduksi benih unggul sawit di Indonesia menjadi 195,5 juta butir.
Terlihat dengan masuknya keempat produsen baru tersebut mengakibatkan bertambahnya jumlah produksi sawit nasional yang telah mengubah struktur pasar dan kinerja industri benih sawit di Indonesia. Bahkan, diperkeriakan setaelah tahun 2010 akan bertamabah tiga produsen benih sawit di Indonesia, yaitu PT. Bakrie Sumatra Plantation, PT. Sarana Inti Pratama dan PT. Sasaran Ehsan Mekarsari sehingga kapasitas produksi benih sawit nasional secara bertahap diperkirakan akan menjadi 251,5 juta butir.
Pesatnya perkembangan peluasan lahan menyebabkan ketidak seimbangan antara permintaan dan ketersediaan benih sawit di Indonesia. Hingga tahun 2009 jumlah permintaan benih melebihi jumlah penawaran benih (over-demand). Namun setelah tahun 2008 terjadi kondisi yang sebaliknya yaitu jumalah penawaran benih melebihi jumlah permintaan benih (over-supply). Perubahan kondisi pasar dari over-demand menjadi over-supply merupakan perhatian utama dalam buku ini.
Sumber: Hendra Halomoan Sipayung, Tony Liwang