Oleh sebab itu, muncul gagasan untuk menjadikan kultur jaringan menjadi teknik perbanyakan tanaman sawit ke depan. Perlu diketahui untuk menghasilakan varietas unggul dari hasil persilangan induk unggul memerlukan waktu hingga puluhan tahun. Dalam upaya memeperkaya sumberdaya genetik sawit di Indonesia, beberapa produsen benih sawit melakukan kegiatan eksplorasi ke beberapa negara sumber plasma nutfah sawit seperti Kamerun (2009) dan Angola (2010). Namun, tanaman yang diperoleh ini masih akan menjadi objek penelitian agar bisa menghasilkan varietas hasil persilangan yang memeiliki daya ahasil (Good Combining Abitity – GCA) yang unggul. Artinya perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadikan sumber daya genetik ini menjadi tanaman induk unggul yang kemudian digunakan untuk menghasilkan benih-benih sawit unggul.
Teknologi kultur jaringan (tissue culture) menjadi salah sati solusi mendapatkan varietas unggul dalam waktu cepat. Kultur jaringan adalah salah satu teknik perbanyakan mikro (micro propagation) memalui cara mengisolasi bagian dari tanaman seperti kelopak sel atau jaringan tanaman yang dibutuhkan dengan kondisi aseptik. Dengan demikian, bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Teknik kultur jagingan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif . Berbeda dengan teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik didalam tabung kultur denagn medium dan kondisis tertentu. Organisme baru yang berhasil di tumbuhkan akan memeiliki sifat sama persis dengan induknya.
Sumber: Hendra Halomoan Sipayung, Tony Liwang