MATARAM, SAWIT INDONESIA – KORINDO bekerjasama dengan Forest for Life Indonesia (FFLI) dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meresmikan pengelolaan sampah organik dengan teknologi Biokonversi. Teknologi ini memanfaatkan Black Soldier Fly (Tentara Larva Hitam).
Proyek pengolahan sampah organik ini berada di NTB ini berlokasi di Dusun Bebae, Desa Lingsar, Lombok Barat. Kegiatan peresmian dihadiri oleh Sekretaris Daerah NTB Rosiyadi Sayuti, Menteri Kehutanan Republik Korea Selatan Kim Jae-Hyun, Forest for Life Indonesia, dan KORINDO, pada Senin (9 Juli 2018.
“Kami ucapkan terima kasih kepada KORINDO atas segala dukungan yang diberikan sehingga fasilitas pengolahan sampah organik ini dapat terwujud dengan baik,” kata Ketua Pengurus Yayasan FFLI Dr. Hadi S Pasaribu.
Menteri Kehutanan Korea Selatan, H.E. Mr. Kim Jae-Hyun, memberikan apresiasi kepada KORINDO yang telah mendukung proyek pengolahan sampah organik ini. “Hadirnya program CSR dari perusahaan akan memberikan manfaat bagi masyarakat maupun untuk perusahaan itu sendiri,” ujar Menteri Kim Jae-Hyun.
Dia pun berharap keberhasilan proyek ini dapat menjadi model dan direplikasi oleh pihak lain, dan NTB menjadi pelopor di bidang ini.
Project Manager Social Venture KORINDO, Namhong Kimdana menjelaskan bahwa hibah yang diberikan KORINDO untuk mengatasi masalah sampah dan peningkatan produksi protein, melalui pendekatan philantropic berupa inkubasi usaha sosial (social venture) guna mendukung misi menghijaukan bumi dan menyelamatkan lingkungan hidup untuk kesejahteraan penghuni bumi.
“Hasil dana (surplus) yang diperoleh sebagai akibat dari produktivitas proyek ini nantinya akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan keberlanjutan proyek, kegiatan penghijauan, pemeliharaan lingkungan hidup atau kegiatan sosial lainnya,” tegas Namhong Kim dalam keterangan tertulis.
Menurutnya, saat ini KORINDO tengah melakukan persiapan penerapan model serupa untuk diterapkan di Papua. “Nantinya limbah sampah organik dari pabrik kelapa sawit akan dikonversi untuk pemeliharaan lingkungan hidup, dan juga membantu usaha perekonomian kerakyatan di bidang peternakan yang menghasilkan makanan berprotein tinggi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat disana,” ujar Namhong Kim.
Proses pengolahan sampah organik ini, teknologi biokonversi dilakukan dengan memanfaatkan lalat Black Soldier Fly (BSF) yang mampu mengolah sampah organik secara alami menjadi sumber protein, bahan dasar pupuk hayati dan berbagai jenis pupuk organik. Black Soldier Fly yang bernama latin Hermetia illucens ini merupakan jenis lalat yang mampu mengolah bahan organik secara alami menjadi sumber protein serta sumber pupuk organik dan produk turunannya yang bermanfaat untuk pertanian, peternakan, dan perikanan.