JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Disparitas harga solar dan biodiesel yang begitu dekat menjadi kendala memaksimalkan penyerapan biodiesel di dalam negeri. Dari target tahun ini 6,48 juta KL yang baru terealisasi sekitar 710 ribu KL.
“Dengan disparitas solar dan biodiesel tipis, untuk biodiesel nonsubsidi ini jadi kendala. Pasalnya, masih ada yang menjual B0 atau solar biasa tidak dicampur FAME,” ujar Sudjoko Harsono Adi, Direktur Bioenergi Kementerian ESDM dari laman EBTKE.
Serapan FAME 710 ribu KL ini terdiri dari untuk BBM bersubsidi 602.601 KL dan nonsubsidi 107.502 KL. Dengan realisasi penyaluran solar bersubsidi sampai Maret lalu sebesar 3,4 juta KL, maka capaian mandatorinya baru 17,72 persen atau masih di bawah target 20 persen. Demikian juga dengan solar nonsubsidi, capaian mandatori baru 10,75 persen dengan realisasi konsumsi solar 1 juta KL.
Dari target 6,48 juta KL terdiri dari konsumsi biodiesel yang bersubsidi termasuk untuk PT PLN (Persero) 3,6 juta KL dan nonsubsidi 2,8 juta KL. Dengan realisasi, diakuinya target tersebut menjadi tantangan bagi pihaknya untuk bisa direalisasikan.
Selain itu, tambah Sudjoko, pihaknya tengah mengkaji pemberian semacam subsidi bagi biodiesel nonsubsidi. “Salah satu yang diwacanakan yakni pengenaan green tax bagi BBM agar harganya lebih tinggi. Namun, rencana ini masih pada tahap simulasi di internal kementerian,”pungkasnya. (Qayuum)