Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan “17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook” pada 1-2 Desember 2021. Tingginya harga sawit akan menjadi topik menarik untuk dibahas berbagai kalangan.
Industri sawit kembali memasuki masa keemasan di tahun 2021 dimana harga CPO global mencapai harga tertinggi dalam sejarah perdagangan minyak sawit dunia. Sepanjang 2021, harga rata – rata CPO di atas US$ 1.000 per metrik ton, bahkan mencapai puncak tertinggi yaitu US$ 1.390 per metrik ton pada Oktober lalu. Sebagai negara produsen utama kelapa sawit di dunia, kenaikan harga ini memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan petani serta menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap positif di tengah pandemi Covid -19 yang melanda hampir semua negara di dunia yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana peran industri kelapa sawit dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia ditengah pandemic covid-19 ini? Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) akan membahasnya dalam acara tahunan 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook akan diselenggarakan pada tanggal 1 – 2 Desember 2021 secara virtual, dengan mengusung tema “Role of Palm Oil Industry towards Sustained Economic Recovery.”
Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menuturkan, pertemuan ini akan memberikan kontribusi dan nilai tambah terhadap industri kelapa sawit di masa depan. Sesuai tema konferensi tahun ini yaitu “Peran Industri Kelapa Sawit Menuju Pemulihan Ekonomi Berkelanjutan”.
“Pemulihan ekonomi Indonesia merupakan topik yang menarik, sehingga Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) tahun ini secara khusus akan membahasnya, selain topik utama mengenai pasokan, permintaan, dan prospek harga minyak sawit,” tuturnya.
Mona Surya, Ketua Panitia IPOC 2021 menjelaskan bahwa IPOC merupakan kegiatan tahunan GAPKI yang semakin menarik untuk diikuti. Pasalnya, keberadaan bisnis minyak sawit seringkali memiliki banyak kemajuan setiap tahunnya terutama prediksi harga di tahun mendatang.
“Jika melihat tren harga jual CPO yang masih mengalami kenaikan hingga akhir tahun, tentu menjadi menarik bila mengikuti IPOC 2021, sehingga mendapatkan informasi akurat mengenai prediksi harga CPO di tahun mendatang, ” ucapnya
Joko menjelaskan bahwa saat ini harga sawit masih terus melejit karena produksi di negara produsen yang sedang menurun, disamping produksi minyak nabati lainnya yang juga mengalami pelambatan. Situasi ini tentu saja akan berubah jika produksi tinggi dan demand yang menurun, jika terjadi berkepanjangan maka harga akan kembali turun karena stok yang melimpah.
Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga kestabilan harga dan daya saing dalam situasi ini. Untuk itu, IPOC tahun ini akan membahas secara komprehesif mengenai strategi pemulihan ekonomi berkelanjutan kaitannya dengan peranan kelapa sawit.
Ke depan, keberadaan bisnis minyak sawit terus mengalami kenaikan harga jual CPO. Menurutnya, prospek bisnis tahun depan juga bisa diketahui saat mengikuti acara IPOC 2021 nantinya. “GAPKI juga mendukung hilirisasi industri minyak sawit di dalam negeri sehingga memiliki kekuatan pasar domestik yang berasal dari industri biodiesel. Besaran pajak dan pungutan ekspor sudah dibicarakan dan disepakati para pelaku bersama pemerintah sebelumnya,” tegas Joko.
Joko Supriyono mengatakan kenaikan harga CPO pada tahun ini terjadi karena performa produksi sawit baik di Indonesia maupun Malaysia yang stagnan (flat) di tengah permintaan yang tinggi di beberapa negara tujuan ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terjadi. Fenomena ketidak seimbangan antara produksi dan permintaan ini, menurut Joko, tak hanya terjadi pada CPO tetapi juga komoditas lainnya.
Secara global, pemerintah di berbagai negara tengah melakukan berbagai strategi dalam upaya pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19, termasuk Indonesia.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 121)