Perjalanan industri sawit telah melampaui satu abad lebih di Indonesia. Antar generasi perlu kolaborasi dan kerjasama untuk menjaganya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berkolaborasi mengadakan talk show interaktif #Sudah Saatnya Kolaborasi Antar Generasi di Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Jumat (10 Desember 2021).
Kegiatan ini bagian dari peringatan Hari Perkebunan ke-64 dan Hari Sawit yang dinobatkan pada 18 November setiap tahunnya. Yang menarik kegiatan ini memberikan kesempatan kepada narasumber lintas generasi untuk berbicara kelapa sawit dari perspektif masing-masing. Narasumber antara lain Achmad Mangga Barani (Dirjen Perkebunan periode 2006-2010), Soedjai Kartasasmita (Begawan Perkebunan), Daniel Manurung (CFO Perusahaan Kelapa Sawit), Achmad Maulizal Sutawijaya (BPDPKS), Goldameir Mektania (Petani Sawit Milenial), dan Fransisca Simanjuntak (Milenial Palm Oil Enthusiast).
Dr. Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, membuka kegiatan ini yang dihadiri audiens dari kalangan mahasiswa, generasi milenial, dan masyarakat.
“Kelapa sawit ini tumbuh di 26 provinsi se-Indonesia dan tersebar di 190 kabupaten/kota. Wilayah sentra kelapa sawit pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dua sampai tiga kali lipat,” ujarnya.
Musdhalifah mengingatkan bahwa kelapa sawit harus diperjuangkan dan dijaga keberlanjutannya. Kontribusi kelapa sawit bagi devisa mencapai Rp 300 triliun. Itu sebabnya, semua pihak ingin peranan kelapa sawit bagi ekonomi tetap dijaga.
“Aspek keberlanjutan menjadi perhatian utama industri sawit. Tidak saja bicara ekonomi terus menerus. Generasi milenial harus tahu kelapa sawit tulang punggung ekonomi Indonesia,” ujar Musdhalifah.
Ia menegaskan banyak informasi menyesatkan seputar kelapa sawit. Isu menyesatkan ini merupakan upaya pembodohan bagi generasi muda. Sebagai contoh, tekanan NGO terhadap perusahaan ritel furniture terbesar di dunia supaya tidak lagi menjual lilin dari sawit.
“NGO ini menuduh 130 ribu orang utan mati karena kelapa sawit. Faktanya populasi orang utan di Indonesia 55 ribu. Lalu dari mana angka 130 ribu ini,” ujar Musdhalifah.
Menurutnya kelapa sawit terus diserang setiap tahun. Peran generasi milenial menjawab isu negatif dan mempertahankan kontribusi kelapa sawit bagi Indonesia.
“Sudah saatnya kolaborasi antar generasi untuk diteruskan. Generasi milenial dibutuhkan negara agar kelapa sawit tetap ada,” harapnya.
Derom Bangun, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia periode 2012-2020 menjelaskan bahwa Hari Sawit nasional dicetuskan oleh DMSI yang berasal dari literatur ilmiah dan kajian dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Komersialisasi sawit dimulai pada 1911 di Sei Liput dan Pulu Raja. Sementara di Malaysia, penanaman sawit baru dimulai pada 1916.
“Hari Sawit Nasional perlu kita semua melakukan perenungan. Apa yang terjadi di masa lalu dan dilakukan untuk di masa depan. Seperti dikatakan Ibu Musdhalifah, kampanye negatif sawit terus terjadi seperti tuduhan deforestasi,” urainya.
Menurut Derom, dalam menyambut hari sawit nasional perlu dilakukan stop and think artinya berhenti sebentar untuk merenung termasuk mencatat semua kemajuan yang telah dicapai industri sawit. Langkah yang perlu dilakukan di masa depan oleh pemangku kepentingan.
“Setiap aspek industri sawit komersial perlu dicermati dari segi pemuliaan atau penyediaan bibit unggul, teknologi pemupukan, industri hilir, sustainability terutama ISPO.
“Di saat bersamaan, setiap asosiasi mulai DMSI dan anggotanya perlu melakukan analisis “SWOT” untuk mendalam kekuatan, kelemahan peluang yang ada dan ancaman yang dihadapi.
Sebagai contoh, kata Derom, ada berita mengenai sawit sintetis pada Desember 2020. Risetnya telah dikembangkan oleh perusahaan di Amerika Serikat bernama C16 Biosciences yang didanai oleh Bill Gates dan Jeff Bezos.
“Dengan melakukanan alisis SWOT secara cermat setiap tahun dalam menyambut Hari Sawit Nasional. Maka industri ini akan bertahan dan maju demi kemakmuran masyarakat serta kejayaan bangsa dan negara,” jelasnya.
Soedjai Kartasasmita mengatakan generasi milenial punya peranan penting dalam menentukan selera dan tren di masyarakat. Sebagai contoh, tren konsumsi kopi sekarang ini ditentukan keinginan anak-anak muda. Bahkan konsumsi teh sudah tertinggal jauh dibandingkan kopi.
“Begitu pula dengan sawit, kita harus memahami tren anak muda. Itulah sebabnya, berbagai lembaga penelitian diwajibkan menemukan hal baru bersifat inovatif. Anak muda jangan sampai membuat inovasi sawit lalu dipatenkan orang lain,” pesan Soedjai.
Cerita menarik datang dari Goldameir Mektania. Setelah lulus kuliah di Belanda, ia sempat berkarir di Jakarta di salah satu perusahaan agency komunikasi. Keinginanan meningkatkan karirnya tidak berlanjut setelah diminta orang tuanya untuk mengurus kebun sawit.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 122)