Kerjasama KLHK – International Tropical Timber Organization (ITTO) pada Capacity Building on Forest and Land Fire Management in Indonesia berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Regional Fire Management Resources Center – South East Asia (RFMRC-SEA) menggelar webinar daring dengan topik Forest Fires in South East Asia: Policy and Research Development in Indonesia (21/7/2021). Webinar ini merupakan seri pertama sekaligus menandai secara resmi dimulainya rangkaian seri webinar dalam kerangka penyelenggaraan workshop pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tingkat sub-regional Asia Tenggara.
Acara yang dibagi dalam dua sesi ini dipandu oleh Tetra Yanuariadi (ITTO). Pada sesi pertama diisi dengan pembukaan yang diawali sambutan dari Senior Projects Manager ITTO, Hwan-Ok Ma dan Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Naresworo Nugroho. Selanjutnya secara resmi dibuka oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Laksmi Dhewanthi. Peserta yang hadir dalam acara webinar Forest Fires in South East Asia: Policy and Research Development in Indonesia sebanyak 257 orang yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Jepang, China, Korea Selatan, Thailand, prancis, Timor Leste.
Dalam pengantarnya, Tetra mengemukakan bahwa sasaran dari rangkaian kegiatan adalah adanya sharing dan pertukaran pengalaman dan memperkuat network riset terkait dengan praktik pencegahan dan pengendalian karhutla di regional Asia Tenggara, serta menghasilkan ‘country reports’ dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Hwan-Ok Ma menyampaikan mengenai sejarah panjang komitmen dan kontribusi ITTO dalam pengendalian karhutla di dunia, termasuk di Indonesia. Pengambilan kebijakan harus berdasarkan fakta di lapangan dan didukung dengan sistem monitoring dan evaluasi yang baik.
“Dalam implementasinya harus dilakukan secara koheren, sinergis dan terkoordinasi dengan baik, didukung dengan peningkatan tata kelola, penguatan peran masyarakat, serta peningkatan resiliensi ekosistem dan masyarakat,” ujar Ma.
Sementara Naresworo Nugroho mengungkapkan bahwa karhutla mengakibatkan dampak negatif yang sangat merugikan di semua aspek ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan bahkan politik. Lebih jauh, isu asap lintas batas sebagai salah satu akibat dari karhutla telah menjadi isu internasional dan regional, yang harus selalu diupayakan penyelesaiannya.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Laksmi Dhewanthi dalam sambutannya menyampaikan keberhasilan Indonesia dalam menekan karhutla merupakan hasil sinergi dan kerjasama dari semua pihak yang terkait. Dan hal ini sejalan dengan arahan Presiden Jokowi untuk selalu meningkatkan sinergi dan kolaborasi semua pihak, baik Pemerintah, masyarakat, sektor swasta, NGO, dan mitra internasional.
“Momentum keberhasilan pencapaian penurunan karhutla harus dipertahankan dan bahkan harus selalu ditingkatkan, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kita masih harus meningkatkan upaya pencegahan untuk semakin menekan terjadinya karhutla dan mencegah terjadinya polusi asap, sebagaimana komitmen kita untuk turut mendukung tercapainya ASEAN yang bebas asap, “sambung Laksmi.
Laksmi berharap melalui rangkaian webinar ini hendaknya dapat memberikan transfer knowledge praktik pengendalian karhutla yang terbaik dan telah terbukti di lingkup negara Asia Tenggara, dan pada akhirnya mampu memberikan rekomendasi dalam mendukung kebijakan dan implementasi pengendalian karhutla dan polusi asap di Indonesia dan Asia Tenggara.
“Saya meyakini setiap seri webinar akan menyajikan topik yang penting, namun yang lebih penting lagi bagaimana menindaklanjuti rekomendasi dari webinar itu sendiri, “ imbuh Laksmi.
Pada sesi kedua menghadirkan dua narasumber yaitu Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Basar Manullang dan Guru Besar IPB yang juga ahli bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan, Bambang Hero Saharjo.
Basar Manullang menyampaikan perkembangan terkini kebijakan dan program pengendalian kebakaran di Indonesia. Dalam presentasinya, Basar menjelaskan bahwa terdapat 3 kluster kebijakan dalam pengendalian karhutla, meliputi pencegahan, penanggulangan, dan paska kebakaran. Diperlukan adanya solusi permanen pengendalian kebakaran, sebagaimana pesan dari Presiden Joko Widodo. Disampaikan juga, updating kekuatan sumber daya penanganan kebakaran Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api serta program-program yang sedang dilaksanakan, meliputi Early Detection System, pencegahan karhutla di desa rawan, patroli pencegahan karhutla, serta MPA-Paralegal.
“KLHK memprioritaskan upaya pencegahan karhutla, analisa kondisi iklim secara rutin, peningkatan manajemen operasional, pengelolaan gambut, pelibatan semua stakeholder, serta pemberdayaan masyarakat sebagai ujung tombak pelaksanaan upaya pencegahan karhutla,” sebut Basar.
Sementara Bambang Hero Saharjo menyampaikan bahwa karhutla mengakibatkan dampak yang sangat merugikan terkait bencana asap, emisi gas rumah kaca, serta deforestasi, apalagi ketika terjadi di lahan gambut.
“Penyelesaian masalah karhutla harus didasarkan pada sains dan fakta di lapangan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan mengurangi terjadinya bias. Kolaborasi riset dapat menjadi salah satu aspek penyelesaian, tidak hanya lokasi spesifik, namun dapat juga diaplikasikan di tempat lain dengan penyesuaian-penyesuaian yang semestinya”, tegas Bambang.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id