INSTIPER Yogyakarta dan Yayasan KEHATI bekerjasama dalam pengembangan platform digital aplikasi SAWITKITA untuk mempermudah tata kelola sawit berkelanjutan.
Revolusi industri 4.0 yang hadir di abad 21 mempunyai ciri utama yaitu penggabungan informasi dan teknologi komunikasi dalam industri. Kehadirannya menyebabkan adanya perubahan di berbagai sektor bisnis atau usaha.
Sektor bisnis yang awalnya membutuhkan banyak pekerja, namun kini bisa digantikan dengan penggunaan mesin teknologi. Tak terkecuali, industri sawit yang identik dengan padat karya. Kelimpahan teknologi ini terus didorong masuk ke industri sawit agar dapat dimanfaatkan untuk mendukung operasional supaya lebih efektif.
Seperti diketahui, industri hulu sawit (perkebunan kelapa sawit) di Indonesia dikelola oleh tiga entitas yaitu perusahaan besar swasta (53%), perusahaan besar nasional (5%) dan pekebun rakyat 42%, dengan total luas lahan 16,3% juta hektar (Kepmentan No 833 Tahun 2019).
Meski, kehadiran revolusi industri 4.0 sudah masuk dan diaplikasikan di berbagai sektor termasuk di perkebunan sawit, namun pemanfaat teknologi ini masih minim diaplikasikan oleh pekebun sawit rakyat. Bahkan, banyak petani banyak yang gagap dengan kelimpahan teknologi digital penggabungan informasi dan teknologi komunikasi.
Selain itu, pekebun sawit juga masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan kebun mulai dari produktivitas rendah, hilirisasi, terindikasi kawasan hutan, legalitas dan perizinan, gangguan usaha dan konflik, akses pasar, kampanye negatif, energi.
Atas dasar itu, Fakultas Pertanian Pertanian INSTIPER Yogyakarta bekerjasama dengan Yayasan KEHATI melalukan terobosan. Kerjasama yang dilakukan untuk mendorong pekebun sawit rakyat agar mempraktikan budidaya kelapa sawit berkelanjutan sesuai prinsip dan dasar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Melalui program Strengthening Palm Oil Sustainability in Indonesia (SPOS)mengembangkan platform edukasi digital yaitu aplikasi ini SAWITKITA yang diperuntukkan bagi petani kelapa sawit di Indonesia.
Rektor INSTIPER, Dr. Harsawardhana, M.Eng mengutarakan upaya yang dilakukan dalam rangka menjaga industri sawit berkelanjutan yang salah satunya dikelola oleh pekebun sawit rakyat yang luasannya mencapai 4,2 juta ha.
“Terkait dengan keberlanjutan sawit rakyat, ada beberapa persyaratan yang tidak mudah. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi oleh pekebun sawit. Untuk itu, pihaknya bermitra dengan bemitra dengan Yayasan KEHATI melalui SPOS membuat aplikasi SAWITKITA,” ujarnya, saat memberikan sambutan acara soft launching, aplikasi SAWITKITA yang diadakan virtual, pada Rabu (7 Juli 2021).
Selanjutnya, ia mengatakan melalui kerjasama ini dapat membantu pekebun sawit bisa memenuhi persyaratan ISPO dan mencapai Best Manajement Practice. “Dan, dengan adanya platform digital (aplikasi SAWITKITA)bisa berkontribusi pada perkembangan sawit rakyat,” lanjut Dr. Harsawardhana, M.Eng.
Aplikasi SAWITKITA akronim dari Smallholder Assisted with Information Technology KEHATI-INSTIPER Yogyakarta.Platform digital dalam bentuk aplikasi android yang terdiri dari 3 bagian penting.
Pertama, aplikasi SAWITKITA menyediakan media belajar multimedia mengenai praktik budidaya kelapa sawit yang baik (good agriculture practices) dan praktik budidaya kelapa sawit terbaik (best management practices) dalam bentuk Learning Management System (LMS). LMS disusun secara sistematis berdasarkan kebutuhan petani mengenai teknik operasional kebun kelapa sawit.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 117)