Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-International Tropical Timber Organization (ITTO) bekerjasama dengan IPB University dan Regional Fire Management Resources Center – South East Asia (RFMRC-SEA) kembali menyelenggarakan seri ke-2 webinar sharing informasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tingkat Asia Tenggara secara daring (26/8/2021).
Gelaran webinar yang menghadirkan dua pakar kebakaran hutan dan lahan, Veerachai Tanpipat dari Universitas Kasetsart (Thailand) dan Bambang Hero Saharjo dari IPB University dimoderatori oleh Lailan Syaufina dari IPB University.
Veerachai dalam paparannya yang mengambil topik Community-Based Fire and Water Management menceritakan implementasi pengelolaan kebakaran dan air berbasis masyarakat yang diterapkan di Thailand. Konsep dimaksud didasari fakta bahwa semakin banyak sumber daya air, kecil kemungkinan akan terjadi kebakaran, dengan tujuan utamanya berupa keberlanjutan dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Penerapan praktik agroforestry yang menggabungkan pengelolaan tumbuhan berkayu dengan tanaman pertanian dan/atau peternakan dalam satu sistem penggunaan lahan yang sama baik secara spasial maupun temporal. Kedua sistem dimaksud mencerminkan upaya pengelolaan ekologi lingkungan dan aktivitas yang memberikan manfaat secara ekonomi”, terang Veerachai.
Dalam penutupnya, Veerachai menekankan pentingnya mengembangkan secara bersama-sama pendekatan pengelolaan sumber daya air dan kebakaran berbasis masyarakat secara menyeluruh. Pendekatan tersebut mengintegrasikan pengetahuan modern dengan kearifan lokal dari masyarakat.
Bambang Hero dalam paparannya dengan tema Research of Indonesia GHG Emission Assesment from Forest and Land Fires mendeskripsikan dan menarasikan dengan elegan bagaimana dampak kebakaran hutan dan lahan (fires), apalagi ketika terjadi di lahan gambut dan menjadi kebakaran gambut (peat fires) mengakibatkan bencana asap yang sangat merugikan dan juga menghasilkan emisi gas rumah kaca (Green House Gas/GHG). Dalam pemaparannya, juga dilengkapi dengan video-video serta foto-foto yang memperlihatkan secara nyata dampak yang sangat merugikan dari kebakaran hutan dan lahan di gambut dan bencana asap yang ditimbulkan.
“Sebagian besar kebakaran terjadi di hutan tropis disebabkan oleh ulah manusia, dan dalam upaya penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan dengan hanya melakukan satu pendekatan secara parsial, namun harus dilakukan secara terintegrasi dengan berbagai aspek lainnya, termasuk menuntut political will dari pemerintah sendiri,” jelas Bambang.
Peserta yang mengikuti webinar sebanyak 270 peserta baik dari platform Zoom maupun kanal Live Youtube yang berasal dari akademisi, birokrat (KLHK, LAPAN, BMKG, LIPI, PUPR, BASARNAS, Pemerintah Daerah), privat sektor, NGO, termasuk dari Kedutaan Besar negara sahabat. Antusiasme peserta tidak hanya berasal dari Indonesia, namun juga berasal dari beberapa negara tetangga yaitu Myanmar, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Bahkan dari database, peserta yang telah melakukan registrasi pendaftaran juga berasal dari Tiongkok, South Korea, Canada, dan Vietnam.
Dalam penutupannya, Lailan menyampaikan bahwa melalui series webinar ini kita dapat meningkatkan pemahaman yang lebih baik lagi dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta dapat lebih memperkuat kolaborasi para pihak/negara dalam penyelesaian permasalahan asap lintas batas (transboundary haze) khususnya di wilayah Asia Tenggara.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id