Siapa sangka, wilayah Desa Dosan, Kecamatan Pusako, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, dahulu desa ini merupakan desa tertinggal yang sekarang berubah menjadi wilayah perkebunan kelapa sawit yang produktif. Saat ini, produksi rata-rata Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani Desa Dosan telah mencapai 900 ton per bulan.
Kemajuan ini berawal dari semangat seorang petani bernama Dahlan yang mengajukan program pembangunan kebun kelapa sawit kepada pemerintah daerah setempat. Usulan ini disetujui pada 2004, yang dilanjutkan dengan pembuatan program “Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Seluas 3.500 hektare kepada Tujuh Desa” yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
Dahlan menuturkan Desa Dosan sekarang memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 723 hektar. Setiap petani rata-rata memiliki tiga hektare dari keseluruhan luas lahan tersebut. Namun, pengembangan lahan sawit dilakukan dengan pola gotong royong bukan secara individu.“Ini kelebihan kami dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit,” tegasnya.
Awalnya, dana yang dikucurkan pemerintah daerah mencapai Rp 22 miliar. Asumsinya, setiap hektare lahan kelapa sawit petani mendapatkan bantuan dana sebesar Rp. 30,9 juta. “ Jadi, ini modal awal petani Dosan dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit,” kata Dahlan
Sebagai petani mandiri, petani Desa Dosan mengelola keuangannya dengan swadaya. Langkah ini diambil supaya masyarakat Desa Dosan dapat menikmati kesejahteraannya lebih maksimal. Dalam pengelolaan anggaran, petani di Desa Dosan membangun koperasi bernama “Bungo Tanjung”. Tujuan pendirian koperasi ini dapat menjadi fasilitator pengelolaan keuangan dari hasil produktivitas kelapa sawit yang akan dijual kepada pabrik kelapa sawit
“Di dalam koperasi, kami membentuk 10 kelompok petani untuk menggarap lahan seluas 723 hektare,” kata Dahlah dengan semangat.
Pada dasarnya, kata Dahlan, koperasi ini adalah jantung dari pengelolaan keuangan yang bersifat mandiri. Alhasil, keuntungan dari penjualan TBS tersebut akan dikelola kembali oleh pengurus koperasi dan dibagikan secara merata kepada para petani. Tak hanya itu, para pengurus koperasi Bungo Tanjung juga digaji langsung oleh petani dari hasil penjualan TBS.
“Alhamdulillah, pengelolaan keuangan lewat koperasi sangatlah membantu sekali. Ini terbukti, ada satu kelompok petani memperoleh pendapatan sampai Rp 4 juta setiap bulannya,” ungkap Dahlan kepada Sawit Indonesia di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Untuk mengelola kebun, kelompok petani saling bekerjasama dan belajar budidaya tanpa bantuan perusahaan kelapa sawit. “Mulai dari penyiangan, penunasan, hingga panen itu kita lakukan dengan cara gotong royong,” ujarnya yang juga anggota koperasi Bungo Tanjung.
Sebagai contoh, petani tidak menggunakan zat kimia untuk perawatan kebun. Begitu pula, pembersihan kebun dari rumput atau gulma cmenggunakan alat manual.
Menariknya lagi, petani sawit Desa Dosan mampu mengelola tata air bagi perkebunan kelapa sawitnya tanpa merusak lingkungan. Dari luas lahan 723 hektare telah terdapat 30 kanal-kanal atau bendungan air untuk mengairi perkebunan kelapa sawit. “Kanal dibuat dengan jarak 300 meter antara satu lahan dengan lahan yang lain,” kata Dahlan.
Tetapi, pupuk yang digunakan masih berupa pupuk kimi antara lain urea dan NPK. “Sedangkan untuk bibit, petani memperoleh dari PTPN V yang disediakan pemerintah daerah,” ungkap Dahlan yang memiliki tiga anak.
Untuk menjalin komunikasi dan peningkatan produksi, petani Desa Dosan sering bertemu dengan warga petani lain setiap satu bulan sekali. Langkah ini diambil dalam membangun budaya gotong royong. Apalagi, hampir sebagian besar petani yang berkecimpung dalam perkebunan tersebut merupakan warga yang berdomisili di Desa Dosan.
Ke depan, Dahlan menargetkan perkebunan kelapa sawit Desa Dosan akan memperoleh sertifikat ISPO. Kebijakan ini akan membawa implikasi positif terhadap praktek budidaya sawit berkelanjutan yang dijalankan petani selama ini. Pada 2014, perkebunan kelapa sawit Desa Dosan ditargetkan memperoleh sertifikasi ISPO.
Penjaga hutan
Tak hanya manfaat ekonomi, petani Desa Dosan berperan melestarikan kawasan hutan di wilayah pedesaan. Semenjak 2011, petani Desa Dosan berkomitmen mengelola perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan dan tidak ekspansif memperluas lahan. Komitmen ini sangat dipegang kuat petani supaya kawasan hutan tetap dijaga sebaik mungkin.
Menurut Dahlan, pelestarian lingkungan menjadi salah satu dasar ketika warga bersepakat untuk membangun perkebunan kelapa sawit di desanya. “Ya, karena kepentingan kita memang tulus untuk kesejahteraan masyarakat desa, dan bukan kepentingan ekonomi yang berlebihan,” ujar dia.
“Untuk itu, petani dan pemerintah daerah sudah mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) pada Juli 2011, yang mewajibkan perlindungan kawasan hutan di Kabupaten Siak termasuk Desa Dosan” ungkap Dahlan
Firdaus, Kepala Desa Dosan, mengakui perkembangan perkebunan kelapa sawit Desa Dosan menjadi bukti kemandirian petani mengelola hasil produksinya. Sehingga pembangunan Desa Dosan pun berjalan dengan lancar. Faktanya, masyarakat dapat membangun akses jalan, sekolah, hingga rumah sakit di Desa Dosan. (hendro)