JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Santri Tani Nahdlatul Ulama (Santri Tani NU) memberikan perhatian serius terhadap penggunaan label Palm Oil Free di kemasan Coklat Korté. Pasalnya, produsen coklat ini adalah perusahaan dalam negeri yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur yang didirikan oleh Jeffry Lukito dan Suhadi Nugraha tahun 2014.
“Keterlaluan dan penghianatan kepada bangsa karena justru perusahaan tersebut berdiri dan tumbuh di Indonesia” kata KH. T. Rusli Ahmad, SE.,MM, Ketua Umum DPP Santri Tani NU.
Menurut Rusli Ahmad, Kalau kampanye negatif itu datangnya dari negara produsen minyak nabati selain sawit hal itu bisa dimaklumi sebagai bagian strategi politik dagang.
Hasil penelusuran Tim iT Santritani NU, saya ketahui bahwa merek coklat ini sudah mendapatkan label Halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama.
“Dengan kejadian ini kami akan bersurat segera secara resmi ke Kementerian Agama supaya mencabut label halal dari BPJPH” kata Rusli dengan tegas.
“Merek coklat tersebut harus dibasmi dari muka negeri ini, negara ini tidak butuh perusahaan penghianat,” lanjutnya.
“Mereka lupa dengan melabelkan Palm Oil Free justru akan menyesatkan dan tentunya akan berdampak ke perekonomian petani sawit khususnya yang pada akhirnya akan mengganggu multiplier effect dari hulu-hilir sawit. Jika ini terjadi maka daya beli masyarakat akan menurun dan akan menganggu market dari produk coklat itu sendiri” ujar Rusli Ahmad.
Langkah selanjutnya, Rusli Ahmad meminta kepada Kapolri, Jendral Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si, supaya memerintahkan jajarannya untuk memeriksa maksud dan tujuan perusahaan tersebut melabelkan palm oil free disemua produk coklat mereka, termasuk memeriksa izin-izinnya dan pajak dari perusahaan tersebut.
“Sebab kalau terus dibiarkan, apalagi perusahaan tersebut tumbuh dan berkembang di Indonesia, tentu akan menjadi presenden buruk bagi Indonesia, karena Indonesia merupakan produses minyak sawit dunia, hampir 60% minyak sawit dunia berasal dari Indonesia,” tutur Rusli Ahmad.
“Santri Tani NU sangat berkepentingan dalam hal mengamankan hulu-hilir industry sawit ini, karena 68% anggota Santri Tani adalah petani sawit dan 80% petani sawit Indonesia itu adalah warga Nahdliyin. Siapapun yang menyudutkan hulu-hilir sawit, kami akan menjadi garda terdepan menghalaunya. Silahkan beragumen secara ilmiah, silahkan berbisnis dengan tanpa menyudutkan pihak lainnya, apalagi dengan melakukan bentuk-bentuk kampanye negative” pungkas Rusli Ahmad dengan tegas.