JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kendati, pandemi Covid-19 masih melanda yang berdampak pada setiap orang, keluarga, bisnis, negara bahkan dunia ke dalam cara hidup, berinteraksi, berkomunikasi, berkumpul dan kegiatan. Tidak menghalangi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan konferensi kelapa sawit bertaraf internasional atau Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) secara virtual.
“Suatu kehormatan bagi kami menyambut semua peserta Konferensi Kelapa Sawit virtual pertama ini. Dan, kejutan bagi kami yang diikuti lebih dari ribuan peserta,” ujar Joko Supriyono saat memberikan sambutan IPOC 2020 virtual, pada Rabu (2 Desember 2020).
Tahun ini, IPOC 2020 merepresentasikan situasi dan kondisi saat ini “Palm Oil Industry in the New Normal Economy” (Industri Kelapa Sawit dalam Ekonomi New Normal). Seperti diketahui semua sektor mendapatkan pengaruh dari pandemi dan mengalami tantangan yang besar melebihi ekspektasi dan pengetahuan setiap orang.
“Kami menyampaikan rasa prihatin atas kondisi berbagai sektor bisnis yang terdampak pandemik covid-19. Di sisi lain kami juga bersyukur karena pada tahun yang sangat sulit ini. Kendati demikian, industri sawit tetap memberikan kontribusi positif,” kata Joko Supriyono.
“Untuk itu, kita harus beradaptasi dengan new normal, yang berarti permainan baru dan cara baru dalam menjalankan bisnis,” tandasnya Joko.
Dikatakan Joko, hampir semua negara termasuk Indonesia mengalami penurunan ekonomi dan beberapa mengalami resesi akibat dari pandemi Covid-19. “Setiap bisnis menghadapi tantangan dalam perencanaan perkembangan ataupun strategi bisnis. Termasuk industri kelapa sawit akan mengalami situasi yang sama walaupun perkebunan dan pabrik masih beroperasi dengan normal di bawah kendali kesehatan yang ketat,” ucapnya.
Tahun 2020 ditandai dengan ketidakpastian dikarenakan Covid-19, lockdown menjadi pilihan untuk mencegah penularan virus. Lockdown negara-negara di Eropa dan Asia memberikan pengaruh pada permintaan minyak nabati termasuk minyak kelapa sawit yang berpengaruh pada performa ekspor kelapa sawit Indonesia.
Lebih lanjut Joko mengatakan meskipun pada kuartal empat tahun ini pasar dunia mulai membaik ditandai dengan peningkatan permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor. Dan, diikuti dengan peningkatan tren harga minyak kelapa sawit. Melalui IPOC 2020 dapat melihat pembahasan dan analisa serta perkiraan pasar kelapa sawit di tahun mendatang. “Namun, kita tidak pernah tahu apakah perubahan di akhir tahun ini membawa perubahan yang baik di tahun depan,” imbuhnya.
Joko Supriyono mengtakan akibat pandemik covid, pasar ekspor sawit juga terdampak karena sejumlah negara tujuan ekspor memberlakukan pembatasan kegiatan ekonomi. Meskipun kinerja ekspor menurun, tetapi hingga kuartal ketiga tahun 2020, ekspor minyak sawit tetap mampu memberikan sumbangan devisa sebesar USD 15 miliar.
“Ketika pasar ekspor melemah, permintaan di dalam negeri justru meningkat baik sebagai bahan baku biodiesel maupun olekemikal seperti bahan baku produk sabun, hand sanitizer, dan lain-lain,” kata Joko.
Kendati, pandemi covid-19 berdampak pada penurunan ekspor kelapa sawit Indonesia. Tetapi, dikatakan Joko pemerintah Indonesia tetap konsisten dan persisten dalam mengimplementasi mandat B-30 sehubungan dengan rendahnya harga minyak bumi. “Hal ini membantu untuk menjaga dan menstabilkan konsumsi domestik. Konsumsi domestik juga meningkat karena industri oleochemical yang mendukung pencegahan transmisi virus melalui pengembangan produk sanitasi, seperti: sabun dan disinfectan,” tambahnya.
Mengingat pandemi Covid-19 masih melanda, Joko mengingatkan, walau kita menghadapi masa sulit namun industri kelapa sawit tetap berjalan dengan baik mengikuti aturan new normal di mana protocol kesehatan merupakan keharusan. “Industri kelapa sawit akan selalu mendukung program pemerintah dalam menjaga keberlanjutan dari mandatori biodiesel dan memastikan bahwa kita dapat mengelola 100% recovery pada pasar domestic,” pungkasnya mengakhiri sambutannya.