Pesantren Syaichona Cholil di Balikpapan memperkenalkan santri untuk budidaya sawit. Bertujuan membangun kemandirian santri supaya lebih produktif di bidang ekonomi.
Berjarak 13 kilometer dari Bandara Sepinggan, Balikpapan, terdapat Pesantren Syaichona Cholil yang telah berdiri semenjak 1990. Pesantren ini dipimpin Kyai Haji Muhammad Ali Cholil,, ulama karismatik dari Bangkalan Madura. Menempati lahan seluas 7 hektare, tidak hanya pesantren tetapi ada lembaga pendidikan lain seperti SMP, SMK. Adapula masjid dan asrama santri.
Daerah yang ditempati Pesantren Syaichona Cholil berada di Gang Arjuna, Sepinggan, Balikpapan Selatan, dulunya terkenal angker dan rawan kejahatan. Ustad Supriadi, warga sekitar, menceritakan sebelum pesantren berdiri tidak banyak orang yang berani melewati daerah tersebut menjelang sore karena banyak begal. Selain itu, wilayah ini juga angker. “Lewat sore, warga enggan berjalan di sini. Banyak penjahat. Selain memang di sini masih hutan dan berbukit,” paparnya.
Pesantren Syaichona Cholil didirikan oleh KH. Cholil, ayah KH. Muhamad Ali Cholil, pada periode 1990. Saat mengutarakan ingin membangun pesantren, dia mengumpulkan tokoh masyarakat setempat. Dalam pertemuan tersebut, KH. Cholil mengambil kertas. Di atas kertas, dibuatlah gambar lokasi musola dan pesantren. “Pokoknya saya bulan puasa ingin salat tarawih di sini. Alhamdulillah, musola jadi dalam waktu sebulan,” cerita Supriadi.
Pesantren Syaichona Cholil mempunyai konsep mengembangkan sistem pendidikan yang menciptakan santri cerdas dan berpikir kreatif serta inovatif. Untuk mewujudkannya, ponpes ini mengajarkan santri untuk mengolah lahan tidur menjadi lahan produktif agrobisnis seperti sawit. Di kompleks pesantren, lahan seluas satu hektare menjadi tempat mengajarkan santri budidaya sawit.
Ustad Muhamad Syukron, pengajar ponpes, menjelaskan lahan sawit ini mulai ditanami semenjak 2013. Kendati demikian, bibit yang dipakai tidak diketahui sumber benihnya. “Ada yang sumbang 10 bibit atau 20 bibit untuk ditanam. Saat itu, kami belum bisa bedakan mana bersertifikat dan tidak,” terangnya.
Hingga sekarang, jumlah pohon yang telah ditanam mencapai 150 pohon. Produksi buah sawit setiap bulan bervariasi sekitar satu ton. Pada akhir tahun lalu, kata Syukron, produksi buah sempat turun 800-900 kilogram. “Produksi turun karena curah hujan tidak menentu dan iklim kering,” ujar Syukron.
Untuk melatih santri, pihak pesantren menggandeng pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) dan dinas perkebunan setempat. Santri dilatih belajar pemupukan, prunning, dan pemanenan. Selain itu, mereka mendapatkan pengetahuan dasar agronomi.
Menurut Syukron, bagi santri yang belajar di SMK Agribisnis Syaichona Cholil. Di sini, mereka mendapatkan pendidikan formal. “Memang kehadiran SMK ini membantu fokus pesantren untuk mengenalkan sawit kepada santri,” ujarnya.
SMK Syaichona Cholil Balikpapan,dalam laman blogspot, tertulis adalah lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Yayasan Pondok Pesantren Syaichona Cholil Kaltim yang berpusat di Sepinggan,Balikpapan. Sekolah kejuruan ini berdiri sejak 29 juni 2002. Adapun program keahlian/jurusan SMK Syaichona yaitu jurusan agribisnis tanaman pangan dan holtikultura.
Abdurrahman, alumni SMK Syaichona Cholil, menceritakan di sekolahnya setiap hari Sabtu belajar budidaya sawit selama setengah hari. Pengajar dari Dinas Perkebunan dan pengurus APKASINDO. Siswa diajarkan cara panen, pupuk, dan prunning. “Setelah belajar, saya bisa menerapkannya di kebun milik pesantren,” ujar Abdurrahman yang juga menjadi santri pesantren.
- Ali Cholil menyebutkan kegiatan santri ini bertujuan meningkatkan produktivitas ekonomi dengan harapan, kemajuan ekonomi ini akan membawa kesejahteraan bersama, terutama di kehidupan masyarakat sekeliling Ponpes Syaichona Cholil.