Hasil kajian INDEF menunjukkan program kemitraan petani Asian Agri dapat tingkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Kuncinya adalah kemudahan petani untuk mendapatkan sarana produksi antara lain benih, modal, dan pengetahuan.
M.Damanik, petani sawit asal Desa Petapahan, Kabupaten Kampar, Riau, punya alasan khusus menjadi mitra Asian hampir 10 tahun lamanya. Dia menceritakan penduduk di Desa Petapahan dikelilingi sejumlah perusahaan sawit swasta sampai BUMN, bahkan ada pula perusahaan swasta minyak. Masyarakat telah familiar untuk bergaul dengan perusahaan. “Kami dapat bedakan mana perusahaan jujur atau yang sekedar bermanis bibir,” cerita Damanik.
Asian Agri berbeda dengan perusahaan sawit lainnya seperti dikatakan Damanik. “Awalnya, kami malu-malu kucing ingin bertanya. Tetapi, Asian Agri bisa membuat kami nyaman,” ujarnya.
Damanik mengaku bergabung menjadi mitra karena ingin mendapatkan benih Topaz. Jarak Desa Petapahan tidak jauh dari kebun benih Topaz yang diproduksi PT Tunggal Yunus Estate, anak usaha Asian Agri. “Dulu saya tanam pakai bibit asalan. Namun setelah jadi mitra, kami memperoleh benih Topaz. Mulai tanam benih semenjak tahun 2008.”
Damanik mengatakan,” Perlakuan mereka (Asian Agri) kepada kami bukan sebatas rekan bisnis melainkan saudara yang perlu dibina. Pak Rafmen dan Pak Gurusinga mendidik orang terbaik untuk pendampingan petani. Biasanya, perusahaan takut bertemu petani. Tetapi Asian Agri lakukan pendekatan berbeda.”
Studi mengenai pelaksanaan program kemitraan Asian Agri dengan petani dapat dibaca dalam Buku terbitan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) berjudul Menumbuhkembangkan Kemitraan Pertanian: Lesson Learned Model Kemitraan Petani Asian Agri. Buku ini diterbitkan pada 30 Oktober 2017 di Jakarta. Peluncuran buku ini diselingi diskusi kemitraan petani menghadirkan pembicara antara lain Ahmad Erani Yustika (Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian PDTT), Fadhil Hasan (Peneliti INDEF/Penulis Buku), Andi Nuhung (Direktur Eksekutif DMSI), dan Galih Surti Solihin (Ditjen Perkebunan).
Fadhil Hasan menjelaskan bahwa ketertarikan Damanik terhadap program kemitraan Asian Agri dilandasi faktor modal sosial. Hubungan antara petani dengan Asian berdasarkan rasa percaya yang mereka bangun bertahun-tahun. Walaupun dalam program kemitraan antara petani swadaya dan Asian Agri dibuat penandatanganan nota kesepahaman tetapi masing-masing pihak menanamkan rasa percaya yang lebih penting ketimbang kontrak.