Jakarta, SAWIT INDONESIA – Poetra Nusantara Institute bersama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sukses menyelenggarakan seminar bertemakan ”Masa Depan Petani Sawit Mandiri, Tantangan dan Terobosan” di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta pada Sabtu (25/5/2024).
Seminar tersebut diikuti oleh para stake holder, mulai dari para petani, koperasi, peneliti, pimpinan badan hingga pejabat kementerian. Khusus dari unsur petani, terdapat lebih dari seratus petani sawit mandiri dari 54 desa di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat yang mengikuti seminar secara hybrid.
Seminar yang berlangsung lebih dari tiga jam itu dipandu oleh moderator Bambang Sulistiyo Pemimpin Redaksi Majalah GATRA.
Selanjutnya, seminar dibuka dengan pernyataan tertulis dari Menko Pereknomian yang diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI, Dida Gardera, S.T., M.Sc..
Adapun narasumber seminar antara lain Willy Lesmana Putra selaku Executive Director Poetra Nusantara Institute yang memaparkan hasil pendampingan petani sawit mandiri di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
Selanjutnya, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Dr. Prayudi Syamsuri dan dari PalmCo, BUMNsawit diwakili Direktur Strategi dan Sustainability yang pemaparannya disampaikan oleh Kadiv Plasma/PSR Sori P Ritonga.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan tim Poetra Nusantara Institute, serta seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan seminar ini sehingga dapat terlaksana dengan baik,” kata Dida Gardera dalam sambutannya.
Dalam kesempatan tersebut Dida Gardera juga menyatakan, komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas strategis yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Komoditas sawit telah memberi kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian nasional.
”Komoditas ini telah berhasil berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja produktif dan kesempatan kerja, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan penyediaan barang-barang konsumsi. Selain itu, komoditas kelapa sawit juga berkontribusi terhadap penurunan tingkat kemiskinan di kalangan petani pedesaan termasuk petani kecil,” paparnya.
Tiga Terobosan
Dida Gardera menjelaskan bahwa kontribusi kelapa sawit akan dipacu secara maksimal agar pertumbuhan ekonomi nasional semakin signifikan. Demikian pula tingkat kesejahteraan rakyat khususnya petani sawit mandiri semakin nyata. Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan tersebut, pemerintah telah merumuskan terobosan-terobosan.
Sekurang-kurangnya ada tiga terobosan yang disiapkan pemerintah. Pertama, Penyusunan revisi Peraturan Menteri Pertanian 3/2022 terkait simplifikasi persyaratan pengajuan Program Peremajaan Sawit (PSR) untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawit rakyat.
Kedua, Penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) baru yang akan menggantikan Perpres 44/2020 tentang ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil).
Ketiga, Pembentukan National Dashboard khususnya untuk komoditas yang terdampak kebijakan EUDR. EUDR adalah regulasi Uni Eropa yang mensyaratkan bahwa seluruh produk khususnya yang berasal dari sawit dan enam komoditas lainnya terbebas dari kegiatan atau unsur-unsur deforestasi.
Berbagai upaya terobosan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia ini, menurut Dida Gardera, mempunyai tujuan besar untuk melakukan perbaikan tata kelola pengelolaan kelapa sawit Indonesia secara menyeluruh.
“Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan keberterimaan produk kelapa sawit di pasar global. Selain itu, dapat meningkatkan kontribusi komoditas kelapa sawit terhadap perekonomian nasional. Dan yang tidak kalah pentingnya, dapat menjaga keberlanjutan komoditas kelapa sawit Indonesia di masa depan,” tambah Dida.
Seluruh upaya ini, tegas Dida, dapat berjalan dengan baik, jika ada kerjasama dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan kelapa sawit Indonesia. (Sumber: Poetra Nusantara Institute)