JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Amran Sulaiman untuk kedua kalinya sebagai Menteri Pertanian RI di Komplek Istana Kepresidenan, Rabu (25 Oktober 2023). Pria kelahiran Bone ini menggantikan Syahrul Yasin Limpo yang terjerat kasus korupsi.
Pelantikan ini menandai kembalinya Amran Sulaiman yang menjadi Menteri Pertanian RI Kabinet Kerja 2014-2019. Lalu apa yang membuat ayah empat anak ini istimewa di mata Jokowi?
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata kenaikan ekspor pertanian per tahun sebesar 2,4 juta ton dan tercatat sejak pemerintahan Jokowi-JK, ekspor naik 9 juta ton pertama dalam sejarah.
Amran Sulaiman juga dikenal menolak impor pangan terutama beras dan jagung. Pada 2019 Andi Amran masih menjabat Mentan hingga bulan Oktober, tercatat surplus beras mencapai 2,38 juta sehingga swasembada terjadi pada 2019.
Selanjutnya terjadi peningkatan PDB sektor pertanian menjadi nomor 5 di dunia saat ini. Kemudian, untuk Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) mampu tumbuh 3,7 persen dari target 3,5 persen.
Kesuksesan berikutnya harga pangan membuat penurunan inflasi bahan makanan tahun 2017 sebesar 1,26 persen, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 11,35 persen. Inflasi bahan makanan pada 2017 juga di bawah inflasi umum yang masih sebesar 3,61 persen.
Selain itu, sejak memimpin Kementan, Andi Amran mengembangkan sistem pengendalian gratifikasi di lingkungan kantor. Sudah menjadi tradisi Andi Amran tidak mau menerima bingkisan dalam bentuk apapun baik di rumah maupun di kantor.
Apabila dikirimkan bingkisan, langsung dilaporkan ke KPK. Terbukti, Kementan memperoleh penghargaan dari KPK pada saat hari anti korupsi sedunia Desember 2017, atas prestasi kategori sistem pengendalian gratifikasi terbaik.
Berpijak dari berbagai prestasi tersebut, kita tunggu kinerja Doktor lulusan Universitas Hasanuddin mampu menyelesaikan tantangan pangan di tengah ancaman El Nino.
Pada akhir September 2023, Presiden Jokowi meminta semua pihak untuk mewaspadai kelangkaan pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim dan situasi geopolitik dunia.
uper El Nino yang ada di tujuh provinsi di negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat kita Indonesia. Plus ditambah yang kedua, yang pertama ancaman perubahan iklim, yang kedua juga yang berkaitan dengan geopolitik dunia, yang juga berpengaruh pada pasokan pangan,” ungkap Presiden.
Ia menyampaikan, krisis geopolitik dunia yang menyebabkan kelangkaan pangan itu disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina . Perang dua negara penghasil gandum terbesar itu menyebabkan sebanyak 207 juta ton gandum tidak bisa diekspor karena alasan keamanan.
Kelangkaan pangan yang terjadi di seluruh dunia tersebut, membuat sebanyak 22 negara menghentikan ekspor pangan, termasuk beras, untuk mengamankan pasokan di negaranya masing-masing.
“Ada Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan, dan Myanmar terakhir juga akan masuk lagi tidak mengekspor bahan pangannya. Betapa nanti kalau ini diterus-teruskan ini semua harga bahan pokok pangan semuanya akan naik,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, Presiden menegaskan perlunya visi taktis yang memuat rencana kerja detail dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan terkait program kedaulatan pangan. Menurutnya, kedaulatan pangan sangat diperlukan untuk menghadapi peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah.