Asian Agri adalah perusahaan sawit yang menjadi contoh sukses dalam pembinaan petani plasma. Sampai tahun ini, kata Kelvin, terdapat 60 ribu hektare lahan petani plasma. Jumlah ini mewakili 40 persen dari lahan yang dikelola oleh Asian Agri.
“Di Asian agri kemitraan dengan petani itu bagian bisnis model kami dan supply chain kami. Dan ini bukanla sebatas program sosial seperti CSR,”jelas Kelvin Tio.
Selain plasma, Asian Agri punya target jangka panjang untuk bermitra bersama petani swadaya. Kelvin menjelaskan bahwa dari 4,6 juta hektare lahan sawit milik petani diperkirakan 3,8 juta hektar dikelola petani swadaya. Dari jumlah tersebut, target perusahaan menggandeng 60 ribu hektare kebun petani swadaya atau setara dengan 20 ribu kepala keluarga dengan rata-rata satu petani punya 2 hektar.
“Membangun kemitraan sangatlah penting karena 50% pasokan Tandan Buah Segar (TBS) yan diolah perusahaan berasal dari petani mitra plasma dan swadaya,” ujarnya.
Pada tahun ini, perusahaan juga mendukung pemerintah untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan pada tahun ini. Program desa bebas api menjadi andalan sebagai upaya mengantisipasi kemunculan api dan meluasnya dampak kebakaran. Menggandeng 10 desa yang berdekatan dengan perkebunan sawit Asian yang berada di Riau dan Jambi.
“Kami siapkan insentif sebesar 100 juta rupiah kepada setiap desa. Dengan syarat, tidak ada api di desa mereka. Insentif ini bisa dipakai untuk membangun desa,” kata pria yang telah berkarir lebih dari 25 tahun di Asian Agri dan RGM Grup .
Tak hanya itu, perusahaan melatih warga setempat untuk bergabung dengan tim pemadam kebakaran. Setiap tim diisi 10-20 orang yang dilengkapi peralatan memadai.
Pemimpin Redaksi Majalah SAWIT INDONESIA, Qayuum Amri, berdiskusi selama 40 menit lamanya dengan Kelvin Tio pada penghujung Januari 2016 setelah acara “Pembagian Premi Minyak Sawit Lestari kepada Petani” di Pekanbaru. Terkait minyak sawit bersertifikat, dia meminta pembeli – terutama perusahaan konsumen dan manufaktur – menunjukkan komitmen untuk membeli dengan harga premium. Pasalnya, tuntutan pembeli kepada produsen sawit supaya menghasilkan minyak sawit bersertifikat telah dipenuhi melalui kepemilikan sertifikat minyak sawit lestari oleh Asian Agri bersama petani mitranya.
□ □ □
Asian Agri termasuk perusahaan kelapa sawit yang sukses membina petani plasma. Apa yang membuat perusahaan punya komitmen besar dengan plasma?
Saya ingin memulai dengan bicara mengenai sejarahnya sedikit. Plasma perusahaan dimulai pada 1987. Saat itu, Asian Agri menjadi pionir program PIR-Trans khususnya transmigran dari pulau jawa dalam bentuk kerjasama kemitraan pembangunan kebun sawit.
Sampai tahun ini, terdapat lahan seluas 60 ribu hektare lahan plasma yang mewakili 40 persen dari lahan dibawah pengelolaan Asian Agri. Menurut saya ini rasio paling tinggi di Indonesia.
Dalam pembinaan petani sawit, ketika melakukan penanaman diutamakan memakai bibit unggul. Sehingga petani plasma Indosawit (anak usaha Asian Agri) secara konsisten menghasilkan produksi sagat optimal. Lalu, dalam menjalankan program sertifikasi kami berpandangan untuk membawa petani plasma mengikuti praktek sama dengan kami mengenai kepemilikan sertifikat.
Seberapa pentingnya kehadiran petani plasma bagi Asian Agri?
Pasokan Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang diterima Asian Agri sekitar 50 persen datang dari petani, apakah itu plasma maupun swadaya. Artinya, pembinaan petani ini bukan program CSR semata. Program kemitraan telah menjadi bisnis model kepada Asian Agri. Kami menggantungkan pasokan dari petani karena itu kemitraan harus berjalan baik dan sukses, karena ini telah menjadi bagian penting dari supply chain kami.
Untuk sekarang ini, sudah memasuki akhir siklus tanaman disinilah pentingnya persiapan replanting. Tahun ini adalah tahun dimana peremajaan bagi petani plasma supaya sampai generasi berikutnya dan bekerjasama sampai 25 tahun mendatang. Kami bekerjasama dengan orang tuanya sebagai generasi pertama, sedangkan generasi berdua adalah anak-anak petani.
Tahun ini berapa target luas lahan petani yang akan diremajakan?
Kita akan memulai seluas 350 hektar untuk awal tahun ini, dan sedang kami persiapkan sampai akhir 2016 lebih kurang 1500 hektar lagi. Secara akumulasi ditargetkan bisa 1.800 hektar sampai tahun 2016.
Oleh karena itu,kami butuh penggunaan bibit unggul terbaik dan praktek agronomi terbaik yang juga berwawasan lingkungan. Tapi kami juga memerlukan bantuan pemerintah untuk meringankan biaya dari peremajaan ini apakah melalui subsidi bunga atau melalui hibah dalam bentuk jumlah tertentu.
Apakah perusahaan punya rencana menjalin kemitraan dengan petani swadaya di masa depan ?
Mengenai rencana penambahan kemitraan dilakukan semenjak tahun 2012 melalui program petani swadaya Asian Agri. Kami merasakan selama 28 tahun terakhir telah berpengalaman dan dapat bekerjasama dengan baik bersama mitra plasma. Itu sebabnya, pengalaman ini dapat dibawa ke petani swadaya.
Luas perkebunan sawit mencapai 11 juta hektar di mana 42 persen dibawah kepemilikan petani. Dari jumlah tersebut sekitar 800 ribu hektar milik petani plasma dan sisanya 3,8 juta hektar dalam pengelolaan petani swadaya. Dan ini yang harus dikerjasamakan.
Di operasional Asian Agri, kami telah bermitra dengan petani swadaya dan ini telah salah satunya memperoleh sertifikat RSPO yaitu KUD Petani Swadaya Amanah. Program kemitraan petani swadaya dimulai pada 2012 dan ditargetkan sampai 2020 dengan luas 60 ribu hektar. Walhasil, total kemitraan denganpetani mencapai 120 ribu hektar terdiri dari lahan plasma 60 ribu hektar dan petani swadaya juga 60 ribu hektar.
Dengan bekerjasama dengan petani swadaya, apa nilai tambahnya bagi perusahaan?
Kami bekerjasama dengan petani swadaya untuk meningkatkan pasokan TBS kami. Pola inilah yang menjadi fokus kami di masa depan. Dengan asumsi, rata-rata petani swadaya punya lahan sawit berkisar 2-3,5 hektar. Jika ada kemitraan 60 ribu hektar petani swadaya, ini artinya akan ada sekitar 20 ribu kepala keluarga petani swadaya yang bekerjasama dengan kami. Alhasil, kerjasama ini akan memberikan multiplier effect terhadap keluarga petani swadaya.
(Lebih lengkap baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Maret-15 April 2016)