Supaya mengantisipasi kehilangan produksi minyak sawit dalam jumlah besar, kegiatan pemanenan menjadi faktor utama yang mesti diperhatikan pelaku perkebunan. Tak heran, pelaku perkebunan membangun skema yang terbaik dalam kegiatan panen.
Dalam Buku Panduan Lengkap Sawit, Iyung Pahan menjelaskan pekerjaan panen sangat utama di perkebunan kelapa sawit karena menjadi pemasukan bagi pendapatan perusahaan lewat penjualan CPO dan minyak inti sawit. Produksi CPO dan minyak inti sawit per hektare dapat menunjukkan tingkat produksi yang dicapai sudah maksimal atau belum.
Menurut Iyung, produksi maksimal dapat dicapai apabila tingkat kerugian (losses) produksi minimal. Dengan demikian, pengertian menaikkan produksi yakni memperkecil kerugian sehingga inti pekerjaan panen yaitu memperkecil kerugian produksi. Sumber-sumber kerugian produksi di lapangan adalah potong buah mentah, buah masak tinggal di pokok (tidak dipanen), brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, serta buah di tempat pengangkutan hasil tidak terangkut ke pabrik sawit.
Shofianna, Pemilik Agro Malindo, menjelaskan ada beberapa pola pemanenan antara lain sistem tetap ( ancak tetap), sistem giring ( ancak giring ) atau setengah ancak giring. Sistem Tetap ( ancak tetap ) adalah sistem pemanenan pada hancak dengan luas tertentu yang dapat di selesaikan pada hari itu tanpa ada perpindahan dan hanca tersebut di kerjakan oleh orang yang sama di setiap rotasinya. Penggunaan sistem ini di kondisi lahan yang curam dan sulit sehingga pengawasan pemanenan serta hal yang lain lebih intensif.
Sementara, sistem giring ( ancak giring ) adalah sistem pemanenan pada hanca dengan luas tertentu secara bersama sama hingga selesai kemudian berpindah pada hanca berikutnya, hal ini penanggung jawab pengatur rotasinta adalah mandor blok. Sistem setengah ancak giring adalah sistem pemanenan menggunakan ancak giring hingga sampai suplai buah ke pabrik sudah dapat di penuhi atau selambat – lambatnya pukul 09.00 WIB. Setelah itu menggunakan sistem ancak tetap.
Shofianna mengatakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara memperhatikan kondisi jalan dan pastikan masih dalam kondisi terjaga ( tidak rusak ), perawatan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) agar selalu terjaga kesiapannya, pembuatan dan perawatan pasar panen, kesiapan angkutan, tenaga yang terampil termasuk pelatihannya, pembuatan dan pemeliharaan jembatan atau titian panen.
Faktor lain yang mesti dipertimbangkan kondisi buah yang masak agar TBS ( Tandan Buah Segar ) yang dihasilkan mempunyai kualitas hasil produksi yang bagus. Tanaman sawit yang siap panen adalah apabila dalam satu blok itu 40% tanaman sudah masak atau matang pohon, sedang ciri-cirinya adalah apabila dalam brondolan perjanjang ada 2-5 biji dan rata-rata berat per janjang beratnya 3,5 kilogram lebih, atau brondolan ( lepas alami ) mencapai sekitar 10 biji apabila berat perjanjangnya 10 kilogram lebih. (am)