Minggu pagimelalui voice call redaksi Majalah SAWIT INDONESIA berkesempatan mewawancarai Dr. Purwadi Direktur Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper Yogyakarta. Banyak hal disampaikan terkait tantangan pengembangan SDM bagi perkebunan kelapa sawit kedepan.
Berikut ini petikan wawancara kami dengan Dr.Purwadi:
SI: Selamat Pagi Pak Pur, sudah dua bulan tidak muncul di Majalah Sawit Indonesia. Bagaimana selalu bisa tetap sehat dan bugar?
P: Amin. Terimakasih dikaruniai sehat dan dapat terus berkarya. Pada awal tahun ini saya sedang fokus untuk “kick off” untuk program transformasi Yayasan YPKPY, Badan Penyelenggara Institut Pertanian Stiper Yogyakarta dan Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta. Sebagai Ketua Pengurus Yayasan saya perlu mengawal penuh dan memastikan transfromasi berjalan sesuai target yang direncanakan.
SI: Oh baik , Bisa dijelaskan apa yang menjadi target transformasi pendidikan di Instiper dan AKPY?
P: Seperti telah diketahui, INSTIPER dan AKPY saat ini menjadi Lembaga Pendidikan terbaik dan terpercaya untuk kompetensi kelapa sawit dan kami tetap mempertahankan hal itu. Kami melihat bahwa situasi sudah berubah, pada era VUCA ini, perubahan berlangsung cepat dan dinamis termasuk penyelenggaraan pendidikan, baikcara-cara pembelajaran, proses bisnis (kurikulum dan metodenya), dan model bisnisnya.
SI: Bagaimana tantangan pendidikan kompetensi sawit kedepan dan bagaimana Yayasan menyikapi melalui transformasi lembaga pendidikannya?
P: Pada penyelenggaraan pendidikan ada perubahan yang sangat dinamis di mana mulai dari: (1) tumbuhnya generasi milenial, (2) perkembangan teknologi informasi, (3) pandemic C19, (4) tata kelolakebun, (5) keterbatasan SDA dan tenaga kerja murah, serta perubahan iklim. Saat ini sudah dibutuhkan proses dan model penyelenggaraan pendidikan alternatif.
Generasi milenial yang baru dan berbeda serta dapat merespon perkembangan teknologi yang dipicu pandemi covid 19 telah menumbuhkan perilaku dan budaya baru, termasuk dalam pendidikan dan pembelajaran. Kebutuhan kompetensi lulusan pun harus berubah, era pembangunan kebun yang awalnya mendasarkan kelimpahan SDA dan tenaga kerja murah sudah usai yang disertai tantangan perubahan iklim. Saat ini telah masuk era kelimpahan teknologi, maka tata kelola kebun akan berkembangan, akan ada penyesuaian pola dan teknis budidaya, dan juga manajemen operasionalnya. Yayasan YPKPY melalui INSTIPER dan AKPY, sejak Juni 2022 telah melakukan kajian intensif untuk menghadapi tantangan tersebut.
SI : Bagaimana transformasi Pendidikan di Instiper dan AKPY?
A: Yayasan telah menugaskan Instiper dan AKPY, menyesuaikan cara-cara pembelajarannya, proses bisnis, model bisnis pendidikan yang di kelolanya, dengan menyesuaikan budaya baru generasi mileneal, memanfaatkan teknologi terbaru, memanfaatkan pengalaman praktek pembelajaran saat pandemic C19, serta tantangan tatakelola baru perkebunan. Yayasan juga sedang melakukan kajian mendalam untuk mendirikan Lembaga Pendidikan baru, yang memanfaatkan teknologi siber, sementara kita namakan “Institut Perkebunan Siber STIPER” (Cyber Plantation Institute of STIPER – CPIoS), dan berharap sudah bisa operasonal di TA 2004/2005.
Model ini akan mengkombinasikan pembelajaran online, praktek lapangan dan pengembangan karakter khas Instiper yang selama ini menjadi kekhasan hasil pendidikan INSTIPER dan AKPY selamaini. Lembaga Pendidikan alternatif ini diharapkan dapat meningkatkan akses abilitas SDM-SDM di wilayah remote, untuk memperoleh pendidikan yang baik, bagi siapa saja, dimana saja, kapan saja, dengan biaya terjangkau.
SI : Bagaimana penyediaan dan pengembangan SDM kelapa sawit kedepan?
P: Salah satu faktor yang menentukan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ditentukan SDM kompeten, yaitu SDM yang dapat memanfaatkan perkembangan teknologi pendukung seperti mekanisasi, digitalisasi, otomatisasi untuk mengaplikasikan hasil-hasil inovasi teknologi biologis, mekanis dan khemis dari lembaga riset serta memenuhi regulasi yang ada. SDM sebagai garda terdepan “man behind the gun” menjadi faktor kunci dan perlu disiapkan sesuai kebutuhan. Selain dari pada itu, efektifitas dan efisiensi tatakelola akan tergantung pemanfaatan teknologi pendukung seperti AI dan memanfaatan big data untuk pengambilan keputusan manajemen.
SI : Bisa dijelaskan lebih detail kebutuhan dan penyediaan SDM sawit masa depan?
P: Sekarang ini, perkebunan kelapa sawit sedang dalam proses transformasi. Maka, cara lama, proses bisnis lama dan model bisnis lama sudah perlu disesuaikan. Era sumberdaya alam murah mulai terbatas, SDM murah mulai terbatas, memasuki tantangan perubahan iklim, relasi dan ketegangan sosial sudah meningkat berkat perkembangan teknologi informasi. Pada sisi lain, saat ini ada kelimpahan teknologi, baik teknologi mekanis, digital, maupun bio teknologi. Juga ada kelimpahan SDM muda “melek” teknologi.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 137)