JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Perjalanan industri sawit sepanjang 2022 menjadi perhatian publik dan juga berdampak kepada pelaku industri sawit. Redaksi sawitindonesia.com merangkum 5 catatan peristiwa yang menjadi bagian penting dari perkembangan industri sawit pada 2022
1. Cetak Rekor Harga CPO dan TBS
Di awal 2022, pengusaha dan petani mendapatkan berkah luar biasa dari tingginya harga CPO di pasar dunia. Pada pertengahan April, harga CPO di Bursa Komoditas Malaysia mencapai MYR7.104 per ton dan CIF Rotterdam melampaui US$2.000/ton.
Di pasar tender KPB Nusantara, harga CPO tembus Rp 17.000 per kilogram. Di Riau, harga TBS periode 2-8 Maret 2022 mencapai Rp 3.930 per kilogram.
Kenaikan harga CPO ini dipengaruhi empat faktor. Pertama, kekurangan produksi di negara produsen akibat Covid-19 dan gangguan cuaca, sebagai contoh pasokan sawit dari Malaysia turun sampai 6%. Kedua, kebijakan India yang memotong pajak impornya.
Ketiga, dampak spekulasi commodity supercycle. Faktor keempat yaitu solidnya pergerakan harga minyak mentah dan minyak nabati.
2.Harga Minyak Goreng Naik 100%
Kenaikan harga minyak goreng mencapai puncaknya di awal 2022. Pergerakan harga sebenarnya telah dideteksi semenjak akhir 2021. Upaya pemerintah menahan laju kenaikan harga minyak goreng tak kunjung berhasil.
Akibatnya harga minyak goreng kemasan melambung dari biasanya Rp 12.000 per liter menjadi Rp 24.000 per liter. Begitupula minyak goreng curah naik hingga 50% di atas Rp 15.000 per liter.
Program pemerintah melalui penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng mengakibatkan kelangkaan stok di masyarakat terutama pasar tradisional. Kalaupun ada, jumlahnya terbatas dan harganya sangat tinggi.
3. Larangan Ekspor Sawit
Sebagai dampak kelangkaan harga minyak goreng, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil kebijakan tegas untuk melarang ekspor produk sawit semenjak 28 April-23 Mei 2022.
Saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan bahwa melalui kebijakan ini ketersediaan minyak goreng di dalam negeri akan membaik. Harganya juga diharapkan bisa turun.
“Saya akan terus pantau dan evaluasi kebijakan agar ketersediaan minyak goreng di dalam negeri melimpah dengan harga terjangkau,” kata Jokowi.
Akhirnya, larangan ekspor sawit resmi dicabut pada 23 Mei 2022. Argumen pemerintah bahwa harga dan ketersediaan minyak goreng sudah stabil. Selain itu, juga memperhatikan nasib 17 juta pekerja dan petani sawit yang terlibat dalam industri ini.

4. Penetapan Tersangka Fasilitas Ekspor Sawit
Kejaksaan Agung telah mengumumkan empat tersangka dalam kasus korupsi pemberian fasilitas ekspor bahan baku minyak goreng. Keempatnya adalah Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana (IWW) dan tiga tersangka dari perusahaan sawit. Setelah itu, Kejaksaan Agung Menetapkan Lin Che Wei sebagai tersangka kasus ini.
5. Program Minyak Makan Merah
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) RI, Teten Masduki membawa kabar gembira bahwa Presiden RI Joko Widodo setuju usulan pembangunan pabrik sawit mini dan Read Palm Oil (RPO) atau minyak makan merah yang dikelola oleh koperasi petani.
“Hari ini kami khusus membahas tentang hilirisasi sawit diantaranya usulan pendirian pembangunan pabrik CPO mini dan RPO red palm oil minyak makan merah. Jadi ini solusi bagi petani sawit yang selama ini sangat tergantung menjual TBS (red-buah sawitnya) kepada industri,” papar Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/7/2022).
Teten menjelaskan biasanya terpusat di Pulau Jawa. Sehingga petani kadang-kadang kesulitan menjual tandan buah segar (TBS) atau harganya rendah. Ini akibat, petani tidak memiliki teknologi untuk mengolah sawit menjadi CPO dan minyak makan.
“Karena mereka tidak mempunyai teknologi untuk mengolah sawitnya menjadi CPO dan menjadi minyak makan,” kata Teten Masduki.
Dikatakan Teten, Presiden Jokowi sudah setuju dengan rencana pembangunan pabrik minyak makan merah.
“Nah sekarang dengan Pak Presiden tadi sudah menyetujui untuk pembangunan minyak makan merah berbasis koperasi. Ini saya kira akan menjadi solusi. Karena 35 persen produksi sawit atau CPO ini berasal dari petani mandiri, petani swadaya,” jelas Teten Masduki.