Hindarwati Sudjatmiko, seorang mantan birokrat dari Kementerian Pertanian dan Lulusan Universitas Wisconsin Amerika Serikat ini punya perhatian besar terhadap kemajuan benih nasional.
Semenjak 2011 sampai tahun ini, Hindarwati Sudjatmiko dipercaya menjabat Sekretaris Jenderal Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI). Tugasnya di MPPI bukanlah pekerjaan ringan. Dia harus merancang kegiatan berupa seminar, diskusi dan pertemuan bisnis antara perwakilan organisasi di daerah maupun pelaku usaha lain. MPPI melibatkan beragam pemangku kepentingan perbenihan dari multisektor antara lain tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Menurut Hindarwati, keberadaan organisasi perbenihan seperti MPPI sangatlah penting. Ke depan, MPPI ditantang untuk mensinergikan tiga unsur masyarakat antara lain bidang breeding, bidang produksi dan komersialisasi benih/bibit dan masyarakat pengguna benih/bibit. Sinergi di antara ketiga unsur masyarakat tersebut akan berjalan baik manakala berdasarkan kepastian usaha atas investasi yang dilakukan oleh ketiga unsur masyarakat. Salah satu payung hukum untuk kepastian usaha dan investasi di bidang pemuliaan tanaman adalah UU Nomor 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
“ Inovasi di bidang perbenihan perbibitan yang utama adalah munculnya varietas/strain unggul baru yang mampu mengatasi permasalahan peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian dalam arti luas. Sebagai contoh di kelapa sawit terutama pada siklus kedua pertanaman, penyakit Ganoderma menjadi ancaman yang serius. Pelaku usaha perbenihan kelapa sawit telah mengantisipasi dengan merakit varietas unggul baru yang tahan atau moderat tahan Ganogerma, sebagai inovasi yang menjadi solusi” kata Hindarwati ketika ditemui di Jakarta, awal Mei lalu.