• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Rabu, 1 Februari 2023
Trending
  • Pupuk Indonesia Siapkan 16.770 Ton Pupuk Subsidi Untuk Banten
  • Peran Penting Pekebun Sawit untuk Keberlanjutan Kelapa Sawit Indonesia
  • Perusahaan yang Memiliki Izin Memanfaatkan Hasil Hutan yang Wajib Bayar DR dan PSDH
  • ID FOOD, Menargetkan Pendapatan di Tahun 2023 Sebesar Rp.17 Triliun
  • Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35
  • Menko Airlangga Tegaskan Mandatori B35 Tidak Ganggu Pasokan Minyak Goreng
  • Waspadai Inflasi dan Kenaikan Harga
  • Rapat Koordinasi Tahun 2023 Bersama 43 Cabang, Memperbaiki Sektor Pangan
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Investasi Oleokimia Tumbuh Us$ 500 Juta
Kinerja

Investasi Oleokimia Tumbuh Us$ 500 Juta

By RedaksiSeptember 16, 20145 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Dukungan bea keluar CPO mendorong pertumbuhan produksi oleokimia selama dua tahun terakhir. Dapat membantu daya saing harga oleokimia nasional di pasar internasional.

Jumlah pertumbuhan investor di sektor oleokimia diperkirakan akan terus meningkat. Tingginya kebutuhan dunia menjadi salah satu faktor pendorong minat investor tadi. Apalagi harga produk oleokimia seperti fatty acid dan fatty alcohol menunjukkan grafik kenaikan sepanjang beberapa tahun terakhir.

Stefanus Goei King An, Penasehat Asosiasi Produsen Olekimia Indonesia, mengatakan produksi oleokimia tahun ini dapat meningkat menjadi tiga juta ton, atau naik 50% dari tahun lalu yang sekitar dua juta ton. Peningkatan ini tidak terlepas dari munculnya perusahaan baru dan penanaman modal dari perusahaan yang sudah ada.

Perusahan oleokimia kawakan seperti Permata Hijau Grup, Sinar Mas Grup, dan Wilmar Grup, meningkatkan kapasitas produksinya lewat investasi baru. Adapula, Grup Asian Agri yang sedang pabriknya dalam proses under construction. Sebagian besar mereka menghasilkan produk fatty acid, yang kapasitasnya rata-rata 400-500 ton per hari. Stefanus mengatakan perusahan dari luar negeri juga berminat seperti KLK Kepong. Total investasi di tahun ini diperkirakan mencapai US$ 1 miliar dari lima perusahaan tadi. Jumlah ini meningkat 100% dari tahun kemarin yang sebesar US$ 500 juta.

Dijelaskan kembali, minat investor ini tidak terlepas dari skema bea keluar CPO yang menetapkan pajak ekspor produk oleokimia lebih rendah dari CPO. Sebab, hampir 80% penjualan oleokimia ditujukan ke pasar ekspor sedangkan sisanya dikonsumsi dalam negeri.

Kesulitan yang dihadapi produsen oleokimia adalah buruknya sokongan infrastruktur terutama pelabuhan. Sudah semenjak lama, perusahan oleokimi berurusan dengan antrian kapal atau demurrage untuk mendistribusikan produknya ke kapal. Hal ini berdampak kepada penambahan biaya pengiriman produk ke luar negeri. Padahal, kata Stefanus Goei King An, industri oleokimia ini bersifat padat modal yang memerlukan dukungan insentif. Sebagai gambaran, investasi produk fatty acid sebesar US$ 500 juta dan fatty alcohol US4 400 juta.

Baca juga :   Berkat Program B30, Devisa Negara Hemat Sampai Rp 122,6 Triliun

“Beruntung pihak perbankan, sudah berminat memberikan pinjaman kepada kami. Dulu itu, bank enggan menyalurkan kreditnya karena masa pengembalian investasi dapat mencapai 10 tahun,” kata Stefanus.

Chris de Lavigne, Global Vice President Consulting Frost&Sullivan, menjelaskan pertumbuhan investasi ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan fatty acid dan fatty alcohol dalam beberapa tahun mendatang. Dalam presentasinya, digambarkan konsumsi global fatty acid sebanyak 6,5 juta ton dengan nilai US$ 6,5 miliar.

Tingkat pertumbuhan kebutuhan fatty acid, kata Chris de Lavigne, akan terkonsentrasi di kawasan Asia Pasifik. Rata-rata pertumbuhan sebesar 5,9%. Berbeda dengan wilayah Amerika dan Uni Eropa yang permintaan di masig-masing negara sebesar 0,9% dan 1,1%.

Sedangkan, fatty alcohol meningkat konsumsinya sebesar 2,1 juta ton dan nilainya mencapai US$ 5 miliar. Menurut Chris de Lavigne, konsumsi fatty alcohol lebih didominasi negara-negara dari kawasan Amerika Selatan, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Sedangkan permintaan dari negara di kawasan Asia masih rendah seperti di Cina, Jepang, India dan termasuk Indonesia.

Togar Sitanggang, Ketua Asosiasi Produsen Oleokimia Indonesia, menerangkan demand dan permintaan oleokimia jaraknya tidak terlalu jauh. Kapasitas oleokimia diperkirakan akan terus meningkat mengikuti permintaan.

Ditambahkan Stefanus Goei King An produk oleokimia ini memiliki pangsa pasar khusus untuk produk deterjen untuk pasar Asia. Pengguna oleokimia utama di dalam negeri antara lain industri ban, kosmetik, dan detergen.

Baca juga :   Indonesia Diajak Stop Ekspor Sawit ke Eropa, Pengusaha: Jangan Ikut Genderang Malaysia

Chris de Lavigne memproyeksikan kapasitas produksi fatty acid dan fatty alcohol akan naik masing-masing tiga juta ton dan satu juta ton sepanjang 2012-2015. Sehingga total kapasitasnya menjadi sembilan juta ton dan lima juta ton. Pada 2011, produksi fatty acid dunia baru sebesar sembilan juta ton dan fatty alcohol mencapai empat juta ton. Penopang kenaikannya berasal dari minimnya pintu hambatan ekspor produk oleokimia dan tumbuhnya pasar.

Penggunaan oleokimia yang berbasis CPO akan meningkat sebagai subtitusi petrokimia dari minyak fosil. Menurut Stefanus Goei King An, tingkat subtitusinya akan mencapai 20%-30% dari sekarang ini yang baru 10%, karena pengguna akan meminta produk yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Kondisi sekarang ini, produksi oleokimia dari minyak sawit mampu menggantikan oleokimia yang berasal dari tallow di Uni Eropa

Posisi Indonesia yang menjadi lumbung CPO Indonesia sangatlah strategis untuk dijadikan pusat industri oleokimia nasional. Dapat dikatakan suplai bahan baku mudah diperoleh sehingga produsen lebih kompetitif dalam menjual produknya di pasar internasional. Apalagi pemerintah telah mendukung dengan pemberian insentif pajak ekspor.

Togar Sitanggang memproyeksikan Indonesia dapat menjadi produsen utama CPO dunia dalam beberapa tahun mendatang. Sekarang saja, Indonesia menempati posisi kedua menjadi produsen utama oleokimia, dibawah Malaysia.

Abdul Rachim, Sekretaris Direktur Jenderal Agrokimia Kementerian Perindustrian, memaparkan tren industri oleokimia nasional meningkat setiap tahunnya yang didukung pertumbuhan pasar dan dukungan kebijakan pemerintah. Sekarang ini, produk oleokimia yang telah dihasilkan sudah bernilai tambah tinggi antara lain Fatty Acid, Fatty Alcohol, Glycerine, dan Methyl Ester.

Baca juga :   Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35

Kapasitas produksi oleokimia ditargetkan akan tumbuh sampai empat juta ton. Hal ini sesuai dengan rancangan aturan pemerintah untuk mengembangkan produk hilir sawit, lewat Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 tahun 201. Regulasi ini menjadi panduan dan roadmap pengembangan industri hilir sawit ke dalam klaster industri.

Pada awal tahun kemarin, pemerintah mendukung industri oleokimia dengan pemberian tax holiday selama lima tahun kepada Unilever lewat anak usahanya PT Unilever Oleochemical. Perusahaan ini berencana membangun refineri oleokimia yang senilai Rp 1,2 triliun di Sei Mangkei, Sumatera Utara. Ketentuan ini mendapatkan payung hukum berupa Keputusan Menteri Keuangan Nomor 462 Tahun 2012.

Secara akumulatif, Kementerian Perindustrian mencatat investasi di sektor oleokimia mencapai Rp 14 triliun sampai tahun 2012. Abdul Rachim mengatakan sudah ada 12 proyek investasi yang mendapatkan izin tapi belum masuk proses pembangunan.Investasi ini tumbuh di Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan.

Saat ini, ada sembilan perusahaan yang menjadi produsen oleokimia antara lain lain PT Ecogreen Oleochmicals (Djarum Grup), PT Sumiasih, PT Soci Mas (Sinarmas Grup), Musim Mas Grup, Wilmar Grup, PT Nubika Jaya (Permata Hijau Grup), PT Domba Mas dan PT Flora Sawita Chemindo (Bakrie Grup), dan PT Cisadane Raya Chemical.

Ke depan, jumlah pemain baru industri oleokimia akan bertambah lagi setelah munculnya investor seperti Asian Agri Grup, KLK, dan PT Unilever. (Qayuum)

Related posts:

  1. Insentif Fiskal Bioenergi Tidak Pengaruhi Pertumbuhan Investasi
  2. Program Replanting BPDP Terganjal Tiga Masalah
  3. Sinarmas Agro Produsen Benih Klon Pertama di Indonesia
  4. GAPKI Tidak Lanjutkan Uji Materi UU Kehutanan dan Lingkungan Hidup
kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35

5 jam ago Berita Terbaru

Menko Airlangga Tegaskan Mandatori B35 Tidak Ganggu Pasokan Minyak Goreng

6 jam ago Berita Terbaru

Berkat Program B30, Devisa Negara Hemat Sampai Rp 122,6 Triliun

23 jam ago Berita Terbaru

Gunakan B35, Isuzu Berikan 3 Tips Perawatan Kendaraan

1 hari ago Berita Terbaru

Pesan Bang GM : Next Pemimpin GAPKI, Saling Menjaga Harus Dilanjutkan

2 hari ago Berita Terbaru

Stok Minyakita Menipis, Zulhas Jadikan Rasio DMO 1:6

2 hari ago Berita Terbaru

Erick Thohir: Pabrik Minyak Makan Merah Sejahterakan Petani Sawit

4 hari ago Berita Terbaru

Kabar Buruk, Harga TBS Sawit Jambi Turun Menjadi Rp 2.483,91/Kg Periode 27 Januari -2 Februari 2023

6 hari ago Berita Terbaru

Indonesia Diajak Stop Ekspor Sawit ke Eropa, Pengusaha: Jangan Ikut Genderang Malaysia

6 hari ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru
Edisi Terbaru

Cover Majalah Sawit Indonesia, Edisi 135

Redaksi SI2 hari ago1 Min Read
Event
Event

Talkshow Sawit Indonesia Award 2022

Redaksi2 bulan ago1 Min Read
Latest Post

Pupuk Indonesia Siapkan 16.770 Ton Pupuk Subsidi Untuk Banten

40 menit ago

Peran Penting Pekebun Sawit untuk Keberlanjutan Kelapa Sawit Indonesia

2 jam ago

Perusahaan yang Memiliki Izin Memanfaatkan Hasil Hutan yang Wajib Bayar DR dan PSDH

2 jam ago

ID FOOD, Menargetkan Pendapatan di Tahun 2023 Sebesar Rp.17 Triliun

3 jam ago

Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35

5 jam ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version