JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Sulit dipungkiri dengan adanya pandemi Covid-19 selain sektor kesehatan, hampir semua sektor bisnis terdampak dan berpengaruh pada sektor Agribisnis. Meski dari sisi ekonomi pada tahun lalu tumbuh negatif, namun Produk Domestik Bruto (PDB) sektor Agribisnis khusus on farm menjadi satu-satunya sektor bisnis yang tumbuh positif pada perekonomian nasional. Hal tersebut diungkap Prof. Bungaran Saragih, Menteri Pertanian Era Kabinet Gotong Royong, pada Webinar Prospek Agribisnis 2021, Rabu (10 Maret 2021).
Selanjutnya, Prof Bungaran mengatakan sebenarnya kondisi demikian bukanlah keadaan yang terjadi pada tahun lalu saja. Bahkan krisis ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya sektor Agribisnis khusus on farm selalu menjadi ketel pengaman perekonomian nasional.
“Berkaitan dengan prospek Agribisnis pada 2021, kendati kondisi pandemi Covid-19 membaik dibanding tahun lalu maka prospek Agribisnis akan lebih baik. Pendapatan dan permintaan produk agribisnis akan semakin meningkat. Ini menjadi harapan dan menciptakan optimisme bagi para pelaku agribisnis,” ujarnya saat menyampaikan sambutan.
Meski ada harapan dan optimisme agribisnis pada tahun 2021, tetapi agribisnis masih menghadapi tantangan. Dan, peluangnya bergantung tantangan yang dihadapi. “Tantangan agribisnis masih klasik dan belum ada perencanaan yang matang untuk kemajuan. Sistem agribisnisnya masih terkotak-kotak on farm dan off farm dan jasa penunjangnya masih mencari bentuknya. Untuk bisa terkoordinir dari Hulu hingga Hilirnya, ini belum bisa diselesaikan,” ujarnya.
Dari hasil pengamatannya, saat ini agribisnis menghadapi tantangan. “Pertama, masih ada sekat-sekat antara subsistem agribisnis yang dikelola Kementerian yang berbeda-beda. Jadi, dari sisi agribisnis dan pemerintah masih ada sekat-sekat. Secara umum sudah semakin baik karena ada peran dari Kementerian Perekonomian yang mengkoordinasi agribisnis,” ungkap Prof Bungaran.
Peran aktif pemerintah dalam mengurangi sekat-sekat yang selama ini menjadi kendala agribisnis dapat dilihat pada sektor sawit. “Saat ini sektor sawit yang paling baik dibanding komoditas lain karena sudah mampu mengurangi sekat-sekat yang menjadi kendala bisnisnya. Dan, membuat bisnis sawit mempunyai peran penting pada agribisnis di Indonesia bahkan bisa menguasai dunia,” kata Prof Bungaran.
Kemudian tantangan kedua yaitu sistem on farm dan off farm Agribisnis di Indonesia yang masih gurem dan tidak terorganisir dengan baik. Masih terjadi sekat antara on farm dan on farm serta tidak terorganisir.
“Mengembangkan sistem organisasi petani yang masih gurem dengan kelembagaan koperasi yang masih sangat lemah. Di negara kapitalis pun petani yang gurem diorganisir dengan koperasi bukan usaha mikro. Supaya bisa mengorganisir petani yang gurem membentuk kelembagaan koperasi. Karena petani gurem sulit berkoodinasi dan bermitra dengan on farm, ini yang menyebabkan daya saing agribisnis Indonesia relatif lebih rendah,” ujar pria peraih gelar Doktor Bidang Ekonomi dari North Carolina State University, Amerika Serikat, pada 1980.
“Kalau kedua persoalan di atas (sekat agribisnis dan petani gurem) bisa terselesaikan akan meningkatkan efisiensi, daya saing dan meningkatkan pendapatan bagi para pelaku agribisnis secara keseluruhan,” pungkas Prof Bungaran.