BALIKPAPAN, SAWIT INDONESIA – Kebutuhan minyak nabati dunia merujuk laporan LMC International, lembaga kajian-kajian tentang ekonomi khusus sektor sawit, pada tahun 2025 pertumbuhan penduduk dunia akan mencapai 8 Miliar juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini diproyeksikan kebutuhan minyak nabati sebanyak 226,7 juta ton.
Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI, dalam kata sambutan pembukaan Borneo Forum II, menyebutkan dengan kebutuhan minyak nabati pada 2025, artinya dibutuhkan tambahan suplai sebesar 51 juta ton dari produksi minyak nabati dunia saat ini. “Atau kira-kira diperlukan tambahan 5 juta ton minyak nabati setiap tahunnya,”ujar Joko dalam kata sambutan yang dibacakan Kanya Lakshmi Sidarta, Sekjen GAPKI.
Apabila dihitung antara produktivitas dan kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, maka sawit dapat menjadi pilihan utama.
Joko menjelaskan apabila bergantung pada minyak sawit saja, dibutuhkan 12,9 juta hektar lahan baru untuk memproduksi 51 juta ton minyak nabati dengan produksi rata-rata 3,96 ton per hektare.
Sementara itu, andaikata bergantung minyak kedelai maka dibutuhkan 97,8 juta hektare lahan baru dengan produksi rata-rata 0,52 ton per hektar secara global.
Untuk minyak rapeseed saja maka diperlukan 51,6 juta hektar lahan baru untuk produksi rata-rata 0,99 ton per hektar.
“Jika hanya bergantung pada minyak bunga matahari, maka dibutuhkan 72 juta hektar lahan baru dengan produksi rata-rata 0,71 juta ton”, tambahnya.
Dengan fakta bahwa penduduk yang bertambah dan harus diberikan makan, maka pengembangan industri minyak nabati tetap harus dilaksanakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dunia.
Dijelaskannya dengan fakta yang ada, kita dapat melihat bahwa ke depan industri sawit memiliki prospek yang cerah karena keefisienannya.
“Situasi ini bergantung kepada Pemerintah Indonesia, apakah akan mengambil kesempatan untuk memanfaatkan potensi lahan yang ada atau akan melepaskan kesempatan pengembangan sawit kepada negara-negara lain seperti Afrika.”