Sistem pertanian yang buruk dan produktivitas rendah mempersulit petani sawit swadaya untuk mengakses keuangan dari perbankan. Masalah tersebut dapat diselesaikan lewat pembenahan dari faktor legalitas lahan, rantai pasok, kelembagaan petani, ketersediaan sarana produksi dan kemitraan dengan perusahaan.
Apabila masalah tersebut dapat dibenahi akan memperbaiki pengelolaan pertanian hingga akhirnya mampu meningkatkan produktifitas dan kemudahaan memperoleh pinjaman dari bank. Hal ini diungkapkan oleh Mansuetus Darto, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) pada forum Forum Multi Pihak Kelapa Sawit Berkelanjutan: Mengkaji Alternatif Mata Rantai dan Pembiayaan Bagi Usaha Petani Kecil Sektor Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan di Hotel Double Tree Jakarta, pada akhir Mei 2017.
“Petani swadaya memang bermasalah dari segi menajemen dan tata kelola, sehingga sulit mendapatkan pinjaman dari bank. Perlu adanya pelatihan, kesabaran, insetif dan pendampingan kepada petani. Mengurusi ini nggak mudah,” jelas Darto.
Aspek pertama yang perlu diperbaiki, menurut Darto adalah ketersediaan data mengenai petani swadaya dari identitas petani, luasan lahan, masalah petani, kondisi ekologi dan tingkat ekonomi. Data ini akan memetakan kondisi petani, sehingga bisa menjadi pusat informasi yang dapat memudahkahkan pembuatan kelembagaan petani, akses keuangan, menyelesaikan legalitas lahan dan memperbaiki rantai pasok.
“Dengan data petani mandiri ini bisa saja bank BRI akan menyerbu petani untuk diajak kerja sama. Dengan ini pula akan tertata mata rantai yang membantu perusahaan dan pemerintah dalam memberdayakan petani,”jelasnya.