Tahun 1990, total konsumsi minyak nabati kawasan Asia Tengah adalah 110.000 ton. Tahun 2000, konsumsi minyak nabati meningkat hampir 4 kali lipat menjadi 438.000 ton, atau rata-rata meningkat 29,8% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada pangsa konsumsi minyak sawit dari 0% tahun 1990 menjadi 68,7% pada tahun 2000. Sumber kedua adalah sunflower oil dengan pangsa 29,2%. Hal ini menunjukan bahwa pola konsumsi nabati cenderung bergeser dari sunflower oil ke minyak sawit, sisanya adalah minyak kedele 2,3%.
Dalam dekade 2000 ke 2010, konsumsi minyak nabati naik dari sekitar 438.000 ton menjadi 1.680.000 ton lebih, dengan growth 28,5% per tahun. Sumber utama minyak nabati tetap didominasi oleh minyak sawit (78,6%). Tahun 2000-2010 konsumsi nabati naik menjadi 1.685.000 ton. Dengan growth 258,5% per tahun. Pada tahun 2014 naik rata-rata 7,7% per tahun menjadi 2.201.000 ton.
Tahun 2014, diperoleh gambaran umum bahwa konsumsi utama minyak nabati di kawasan Asia Tengah adalah minyak sawit dengan proporsi yang sangat dominan, yakni 81,8%, dan sunflower oil berada pada urutan kedua denganproporsi 15,9%. Minyak kedele dan rapeseed oil bersifat complementary dengan proporsi masing-masing 0,3% dan 2%.
Sumber : GAPKI