Tahun 2014, diperoleh gambaran umum bahwa konsumsi utama minyak nabati di kawasan Asia Timur adalah minyak sawit (51,8%), dan minyak kedele berada pada urutan kedua dengan proporsi 31,3%, sedangkan proporsi rapeseed oil dan sunflower oil masing-masing adalah 14,7% dan 2,2%. Proporsi minyak sawit meningkat pesat dari 10,6% (1965) menjadi 51,8% (2014), sedangkan proporsi minyak kedele cenderung sama, yakni berkisar sepertiga dari konsumsi minyak nabati total, sedangkan rapeseed oil menurun tajam. Hal ini menunjujkan perubahan pola konsumsi dari rapeseed ke minyak sawit.
Negara Maju (Developed Countries). Kawasan Negara Maju merupakan konsumen utama rapeseed oil. Minyak rapeseed memiliki proporsi yang dominan sepanjang kurun waktu 1965-2014. Pada tahun 1965, sebanyak 52% konsumsi minyak nabati di kawasan ini adalah rapeseed oil dan sisanya dipenuhi oleh minyak kedele 28,8% dan minyak sawit 18,6%. Sumber minyak nabati kedua terpenting di kawasan ini adalah sunflower oil, dengan tren pertumbuhan positif sebesar 15% pada kurun waktu 1980-2014. Sedangkan laju soybean oli adalah 5% per tahun dan minyak sawit 5% per tahun.
Tahun 1965, total konsumsi minyak nabati kawasan Negara Maju adalah 0,34 juta ton. Tahun 1980, meningkat 4 kali lipat menjadi 1,5 juta ton, dengan laju pertumbuhan 21,8% per tahun. Peningkatan ini berdampak pada peningkatan pangsa konsumsi minyak rapeseed dari 52,3% tahun 1965 menjadi 58,1% tahun 1980. Sumber konsusmsi kedua adalah sunflower oil dengan pangsa 15,9%. Hal ini menunjukan bahwa pola konsumsi nabati masih tetap didomonasi minyak rapeseed dan berkembang pada permintaan sunflower oil, dan sebaliknya sumber dari minyak kedele dan minyak sawit, dengan proporsi keduanya mencapai 25%.
Sumber : GAPKI