Berdasarkan data produksi dan konsumsi diatas, diperoleh gambaran ekspor biodiesel sekitar 3 juta kilo liter pad tahun 2015 dan 3,5 juta kilo liter pada tahun 2020. Pada tahun 2020, dari jumlah tersebut, negara-negara pengespor adalah Argentina dengan pangsa 68,8% dan Indonesia juga diproyeksikan akan memiliki pangsa ekspor biodisel dunia sebesar 14,2%, USA 6,2%, Brazil 5,9% dan malaysia 4,9%. Sedangkan negara importirbiodiesel dunia antara lain adalah Uni Eropa dengan pangsa 99,2% dan 0,8% oleh negara Jepang. Secara umum, harga minyak nabati dunia tahun 1984-2014 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Namun sejak tahun 2000, penyebabnya adalah meningkatnya permintaan minyak nabati dunia dan cenderung mengeser harga semakin tinggi. Tahun 2014, harga minyak sawit (CIF Rotterdam) adalah 578,12 US/ton, minyak kedele (CIF Rotterdam) 657 US/ton, rapeseed oil (CIF Hambrug) 693,16 US/ton dan harga minyak bunga matahari (CIF NW Europe) 682,34 US/ton.
Data diatas tersebut menunjukan perbedaan relatif satu sama lain, dimana minyak sawit relatif lebih murah dibandingkan ketiga jenis lainnya, sedang haraga minyak bunga matahari relatif lebih mahal. Meningkatnya konsumsi per kapita, yang disertai dengan jumlah penduduk dan pendapatan (GDP per kapita), secara bersama-sama akan mempengaruhi permintaan minyak nabati, sebagaimana tercermin dari peningkatan minyak nabati dunia tersebut akan mempengaruhi harga minyak nabati dunia, dimana pada tahun 2050, diperkirakan masing-masing adalah: harga minyak sawit adalah 1.950,66 US/ton, minyak kedele 2.123 US/ton, rapeseed oil 2.230 US/ton dan harga minyak bunga matahari 2.205 US/ton.
Sumber : GAPKI