Peningkatan produksi minyak goreng nasional juga disertai dengan peningkatan konsumsi per kapita penduduk. Dalam periode tahun 2002-2008, konsumsi minyak goreng secara komposit meningkat dari 12,36 menjadi 16,82 kg\kapita\tahun. Demikian juga konsumsi minyak goreng kelapa dan minyak goreng lainnya masih mengalami peningkatan, yakni 0,57 kg menjadi 1,01 kg/kapita (minyak goreng kelapa) dan dari 0,79 menjadi 1,6 kg/kapita (minyak goreng lainnya).
Secara relatif pangsa pangsa konsumsi minyak goreng sawit menduduki pangsa terbesar dalam total konsumsi minyak goreng Indonesia. Kemudian disusul minyak goreng lainnya (minyak kedele, minyak jagung) dan minyak goreng kelapa. Hal yang menarik adalah pangsa konsumsi minyak kelapa cenderung meningkat.
Hal ini secara ekonomi lebih baik karena ada kecenderungan diversifikasi dalam konsumsi minyak goreng sawit. Konsumsi minyak goreng yang terlalu bertumpu pada satu jenis minyak goreng seperti minyak goreng sawit mengandung resiko secara ekonomi khususnya dari segi ketabilan harga. Selain itu, mengingat minyak sawit adalah komoditas ekspor Indonesia, peningkatan konsumsi yang terlalu bertumpu pada minyak goreng sawit dapat mengurangi kesempatan indonesia memperoleh devisa dari ekspor. Peningkatan pangsa konsumsi minyak goreng non sawit juga diharapkan akan mendorong peningkatan produksi bahan baku minyak goreng non sawit khususnya kelapa dan jagung yang potensisal di Indonesia. Hal ini selain di versifikasi, produksi bahan baku minyak nabati juga akan melestarikan plasma nutfa kelapa dan jagung secara lintas generasi.
Sumber : GAPKI