Jika bukti empiris dikombinasikan dengan pertumbuhan karbon stok dari standing biomass perkebunan kelapa sawit (Chan, 2002) terdahulu, maka perkebunan kelapa sawit dilahan gambut bukan hanya mengurangi emisi CO2 tetapi juga meningkatkan stok karbon pada ekosistem lahan gambut. Stok karbon diperkebunan lahan gambut meningkat dengan meningkatnya umur tanaman (Sabiham, 2013).
Lahan gambut di Indonesia sekitar 80 persen dikatagorikan lahan gambut rusak (degraded peat land) (Joosten, 2008). Oleh karena itu pemanfaatan lahan gambut tersebut untuk perkebunan kelapa sawit (dengan kultur teknis yang sustainable) dapat menjadi alternatif penting untuk merestorasi/ lehabilitasi lahan gambut, setidaknya menurunkan emisi GHG lahan gambut.
Berdasarkan penjelasan tentang ekosistem perkebunan kelapa sawit sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa perkebunan kelapa sawit Indonesia merupakan bagian solusi dari pelestarian lingkungan global. Dengan melihat dunia pada satu ekosistem, emisi CO2 dari top ten emmiten dari negara-negara maju didaur ulang oleh Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia menjadi oksigen dan sebagian disimpan dalam bentuk biomass dan sebagian lagi diubah menjadi CPO. Oksigen dari kelapa sawit di supply ke atmosfir bumi secara gratis, sementara CPO di supply kesejumlah negara untuk bahan pangan maupun untuk energi penganti fossil-fuel.
Sumber : GAPKI