Fiksasi neto CO2 dari atmosfir bumi, menjadi biomas pohon kelapa sawit. Chan (2002) mengukur produksi biomas perkebunan kelapa sawit (standing biomass) dan jumlah kandungan karbon pada berbagai umur kelapa sawit.
Volume Standing Biomass dan Jumlah Karbon Terfikasi dari Atmosfir Bumi pada Berbagai Umur Kelapa Sawit
Umur (Tahun) | Standing Biomass (Ton/ha) | Karbon (Ton/ha) |
1-3 | 14,5 | 5,80 |
4-8 | 40,3 | 16,12 |
9-13 | 70,8 | 38,32 |
14-18 | 93,4 | 37,36 |
19-24 | 113,2 | 45,28 |
>25 | 104,5 | 41,00 |
Sumber: Chan, K.W (2002). Oilpalm Carbon Sequestration and Carbon Accounting: Our Global Strengh. MPOA.
Dibandingkan dengan hutan tropis, jumlah karbon yang terfiksasi dalam biomas hutan tropis (in circulation an annual increment) relatif sama. Perbedaanya adalah annual increment fiksasi carbon pada kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan hutan tropis, karena hutan tropis sudah fase steady-state (asimilasi sama dengan respirasi), sementara kelapa sawit masih bertumbuh (asimilasi > respirasi). Dengan perkataan lain, untuk menyerap kembali CO2 dari atmosfir bumi, perkebunan kelapa sawit jauh lebih unggul dari pada hutan.
Sumber : GAPKI